Sabda Hidup
Selasa 5 Oktober 2021, Peringatan St. Faustina Kowalska
Sering kali permenungan kita tentang kisah Marta dan Maria malahan membuat “pertengkaran” mereka berlarut-larut. Kita berdebat tentang mana yang lebih baik: doa atau karya. Sesungguhnya, keduanya amatlah penting. Doa tanpa perbuatan tak ada artinya, kata St. Yakobus. Demikian juga, pekerjaan tanpa doa akan menjadi aktivisme, pragmatisme. Dalam konteks kisah Marta dan Maria ini, baik Marta (yang sering diasosiasikan dengan karya aktif) dan Maria (yang diasosiasikan dengan doa kontemplasi) adalah sahabat-sahabat Yesus, dan dua-duanya adalah orang kudus! Bahkan ada banyak orang yang begitu mengasihi St. Marta dalam devosinya. Dalam Injil Yohanes, Marta tampil sebagai seorang dengan iman yang lebih teguh dalam peristiwa kematian Lazarus. Ia pergi menjumpai Yesus, sedangkan Maria memilh untuk tinggal di rumah, tenggelam dalam kesedihannya.
Jadi pokok persoalannya adalah kasih. Yesus menegur Marta karena melakukan hal yang baik dengan kecemasan yang berlebihan sehingga ia mengeluh bahwa ia sendirian melayani. St. Theresia dari Lisieux pernah berkata bahwa tindakan kecil tetapi dilakukan dengan cinta yang besar dan tulus dapat menjadi lebih besar dari segala pelayanan yang seorang dapat lalkukan.
Apapun yang kita lakukan, entah itu karya aktif maupun doa, harus dilakukan karena kasih kita kepada Allah dan sesama. “Apa saja yang kamu lakukan, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah,” (1Kor 10: 31). Itulah kunci kebahagiaan.