Sabda Hidup
Sabtu, 17 September 2022, Sabtu Pekan Biasa XXIV
Bacaan: 1Kor. 15:35-37,42-49; Mzm. 56:10,11-12,13-14; Luk. 8:4-15.
“Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”
(Luk 8: 15)
Injil hari ini menyajikan kepada kita perumpamaan tentang seorang penabur di bagian awal perikope dan penjelasan makna perumpamaan tersebut di paruh keduanya. Yesus menjelaskan bagaimana benih itu ditabur dan hasil dari jenis-jenis tanah di mana benih itu ditabur. Perumpamaan ini dimaksudkan untuk peringatan bagi para pendengar, agar sungguh mendengarkan, dan bagi para rasul untuk tetap berpengharapan meski warta Yesus menghadapi perlawanan yang semakin berkembang. Bagi kita, Sang Penabur adalah Tuhan sendiri yang menaburkan Sabda-Nya melalui Gereja, orang tua, sahabat, guru, dan banyak orang lain lagi. Benih yang ditabur adalah Sabda Allah yang menghasilkan buah limpah meski Sabda itu “tajam seperti pedang” (Yes 49: 2), “lebih tajam dari semua pedang bermata dua” (Ibr 4: 12), dan seperti “api dan palu yang memecahkan bukit batu” (Yer 23: 29).
Mari kita renungkan jenis-jenis tanah di mana benih itu ditaburkan:
Tanah yang keras di pinggir jalan adalah orang-orang dengan pikiran tertutup karena kemalasan, kesombongan, prasangka atau ketakutan.
Tanah berbatu-batu menunjuk pada orang-orang yang mengejar kehendaknya sendiri, tidak mau menyerahkan kehendaknya pada Tuhan. Merekalah yang ditunjuk oleh Yehezkiel 11: 19: “Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat.”
Tanah bersemak-duri adalah orang-orang yang melekat pada kebiasaan dan kecenderungan jahat dan mereka yang hatinya dipenuhi dengan kebencian, kecemburuan atau keserakahan yang membuat mereka hanya tertarik untuk memperoleh materi dengan cara apa pun dan menikmati hidup dengan cara apa pun yang memungkinkan, meski menghalalkan segala cara.
Tanah yang subur adalah orang-orang yang berkehendak baik, dengan hati dan budi terbuka, hati yang bersih, ingin mendengarkan Sabda dan bersemangat dalam menerapkannya dalam tindakan nyata. Zakheus, perempuan yang berdosa, penjahat di sisi kanan Yesus saat disalib, St. Agustinus, St. Fransiksus Asisi, St. Fransiskus Xaverius, St, Yohanes Paulus II, Ibu Teresa dari Calcutta, adalah mereka yang masuk dalam kategori tanah yang subur.
Perlu kejujuran kita untuk mengakui bahwa sering kali kita seperti tanah di pinggir jalan. Tuhan menabur benih sabda-Nya tetapi acap kali kita berpikir bahwa mengikuti keinginan sendiri itu keren. Acap kali kita juga menjadi tanah berbatu ketika Tuhan menaburkan sabda-Nya, tetapi ketika godaan dan kesulitan datang, kita tergoda meninggalkan-Nya. Acap kali kita juga menjadi tanah bersemak-duri; kita lupa bahwa segala yang kita miliki adalah anugerah-Nya.
Mari kita menjadi tanah yang subur, yang menghasilkan buah berlipat-ganda, dengan sungguh-sungguh mendengarkan, meresapkan, menghidupi setiap hari Sabda Tuhan, sehingga Roh Kudus menghasilkan buah berlimpah dalam hidup kita.