Sabda Hidup
Jumat, 20 November 2020, Jumat Pekan Biasa XXXIII
“Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”
(Luk 19: 45 – 46)
Suatu Minggu pagi, di sebuah stasi di pedalaman Papua, saya sudah tiba terlebih dahulu di gereja stasi. Tempat ibadah sederhana dari papan, berlantai tanah. Jika di Bait Allah Yerusalem Yesus mengusir pedagang-pedagang korup dan penukar-penukar uang yang memeras menjelang Paskah, pagi itu saya harus mengusir babi-babi dari dalam gereja. Rupanya gereja menjadi tempat babi-babi tidur…..
Penodaan terhadap Bait Suci memicu kemarahan Yesus. Dalam Perjanjian Lama adalah orang-orang kafir yang menodai Bait Suci (1M 4: 36-37). Namun, pada masa Yesus, umat-Nya sendiri, orang-orang Yahudi, yang menjadikan rumah Bapa-Nya sebagai sarang penyamun.
Dua poin yang dapat kita renungkan di sini.
Pertama tentang kemarahan. Ada kemarahan yang bisa dikatakan “berkualitas” tetapi ada juga kemarahan “tidak berkualitas”. Kemarahan yang berkualitas adalah kemarahan yang memang perlu. Seseorang yang marah dengan alasan yang benar, terhadap orang yang tepat, dengan cara yang tepat, pada saat yang tepat dan untuk jangka waktu yang tepat, patut mendapat pujian. Kemarahan Yesus karena Bait Allah dilecehkan, tentu dapat dibenarkan. Kemarahan yang tidak berkualitas tentu yang asal marah-marah saja, yang tidak beralasan, bukan kepada orang yang tepat, tidak dengan cara yang tepat, tidak pada saat yang tepat dan dalam durasi yang tidak tepat. Itulah sebabnya,Perikope Injil hari ini tidak diberi judul “Yesus marah-marah” tetapi “Yesus menyucikan Bait Allah”. Kita perlu anger management.
Yang kedua, soal Bait Allah. Seperti Bait Allah di Yerusalem yang penuh dengan hingar bingar hirup pikuk, tidak jarang Bait Allah diri kita – hati kita – juga penuh dengan segala macam hiruk pikuk. Kadang kita terlalu sibuk dengan pelbagai macam urusan ini dan itu, sehingga hati kita, tempat Allah bersemayam tidak tertata. Kita membutuhkan saat-saat teduh, lepas dari segala macam hiruk pikuk dan memberi tempat bagi Allah berbicara.
Mari kita minum Jamu Jati. Dalam hal anger management kita perlu Jamu Jati. Jaga Mulut, Jaga Hati. Jaga mulut, jangan sembarang ngomel-ngomel, dan Jaga Hati tempat Allah bersemayam.
Bacaan hari ini: Why. 10:8-11; Mzm. 119:14,24,72,103,111,131; Luk. 19:45-48.