Sabda Hidup
Rabu 10 Februari 2021, Peringatan St. Skolastika
“Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.”
(Mrk 7: 20 – 22)
Ketika seseorang mengatakan kepada kita: “Aku mencintaimu dengan segenap hati,” kita tahu bahwa ia mencintai dengan segenap jiwa raganya. Demikian juga kalau orang mengatakan: “Orang itu baik hati,” maka yang dimaksud adalah seluruh kepribadian orang tersebut. Maka “hati” mengacu pada inti seluruh kepribadian manusia.
Menurut tradisi Kitab Suci, “hati” adalah sumber kehidupan, asal-usul perasaan dan rencana-rencana manusia. Kualitas pikiran dan kehendak, emosi dan pembicaraan, sikap dan kelakuan manusia ditentukan oleh hatinya. Maka ketika St. Yohanes Paulus II mengatakan, supaya dalam relas-relasi diberi ruang kepada hati, yang dimaksud adalah bahwa hati merupakan sumber kemampuan untuk membuka diri bagi sesama dan memahami orang lain.
Namun dari hati jugalah kejahatan dimulai dan menguasai seseorang. Itulah sebabnya, Yesus, dalam Injil kita hari ini, mengarahkan orang-orang Yahudi kepada pemahaman yang lebih dalam tentang najis atau tidak najis, tanpa melupakan ritual mereka. Pada waktu itu, najis atau tidak najis diterapkan baik pada ibadah maupun perilaku lainnya seperti kebersihan, kesehatan, perilaku seksual pria dan wanita. Menyentuh mayat adalah najis; berhubungan seks dengan istri orang lain adalah najis, memakan makanan tertentu adalah najis, bahkan makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu pun najis (Mrk 7: 4). Mengikuti hukum dan tradisi tentang najis dan tidak najis, itu bagus. Tetapi harus lebih dari sekadar mengikuti hukum dan tradisi.
Itulah sebabnya Dia berkata: “Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya” (Mrk 7: 15). Dengan kata lain, makanan dan segala jenis binatang yang dapat dimakan tidak menajiskan. Apa yang menajiskan seseorang adalah hal-hal yang berasal dari hatinya yang bisa menghancurkan reputasi, respek, kehormatan, kepercayaan dan pertemanan. Apa itu yang menajiskan? “Segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan,” (Mrk 7: 21 – 22).
Oleh karena itu, kita bisa mengatakan bahwa kemurnian atau kenajisan adalah “urusan hati”. Pembaharuan sejati dimulai dari hati.
“Jika engkau tidak melakukan yang baik, dosa sudah berada di ambang pintu. Dosa itu ingin menguasaimu, tetapi kamu harus berkuasa atasnya,” (Kej 4: 7). Saat iri, dengki, dendam, nafsu, keserakahan dan keinginan buruk lainnya mengetuk pintu hati anda, bagaimana tanggapan Anda? Apakah anda membiarkan mereka menguasai anda? Kehidupan batin kita harus diperhatikan agar kita dapat mengekspresikan secara tepat dan benar. Mari berbenah diri.
Bacaan hari ini: Kej. 2:4b-9,15-17; Mzm. 104:1-2a,27-28,29b-30; Mrk. 7:14-23