Kita sering kali terkesan dengan orang-orang yang bergelar berderet-deret. Kita percaya bahwa mereka pintar, bijaksana. Namun dalam keseharian, sering kali kita jumpai orang-orang bijak di antara orang-orang sederhana yang SD atau SMP pun tidak lulus.
Sabda Yesus hari ini agak membingungkan. “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu,” (Luk 10: 21). Dalam beberapa terjemahan tertulis: “anak kecil” bukan “orang kecil”. Tentu yang dimaksudkan oleh Yesus adalah bahwa Ia menyatakan diri-Nya bagi siapa saja yang hatinya terbuka dan rendah hati, yang mempunyai kesederhanaan seperti anak kecil.
Jadi, apakah anda dan saya “orang-orang bijak dan pandai” atau “seperti anak kecil”? Mana yang lebih menggambarkan diri anda? Tentu tidak ada salahnya menjadi orang bijak dan pandai. Yang menjadi masalah adalah ketika kita menjadi sombong dan tinggi hati, merasa tahu segala-galanya. Idealnya adalah terbuka untuk belajar dengan rendah hati. Sikap ini menjadi penting, khususnya saat kita memasuki masa Advent. Advent adalah saat dimana iman seperti anak kecil dan keterbukaan diperlukan untuk memasuki misteri inkarnasi. Tanpa kerendahan hati dan keterbukaan kita tidak dapat menyelami anugerah yang mengagumkan di Hari Natal nanti.
Bacaan misa hari ini: Yes. 11:1-10; Mzm. 72:2,7-8,12-13,17; Luk. 10:21-24
Semoga kita semakin hari semakin rendah hati.