Remah Harian

IBU MERTUA

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Rabu, 12 Januari 2022, Rabu Pekan Biasa I
Bacaan: 1Sam. 3:1-10,19-20Mzm. 40:2,5,7-8a,8b-9,10Mrk. 1:29-39.

“Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka. Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.”

(Mrk 1: 29 – 34)

Ada begitu banyak cerita tentang ibu mertua dan sering kali ibu mertua menjadi objek lelucon, cemoohan atau komentar yang melukai hati.

Hari ini kita tidak akan membuat lelucon tentang ibu mertua, malahan kita hendak belajar dari cerita tentang ibu mertua Petrus. Ada tiga hal dapat kita pelajari dari cerita ini.

Pertama, Tuhan tidak kenal lelah untuk berbuat baik. Perikope Injil diawali dengan mengatakan bahwa hari itu adalah hari yang sangat sibuk bagi Yesus. Jadi, Yesus bersama dengan Petrus ingin istirahat dari semua pekerjaan yang melelahkan hari itu. Dia hanya ingin sejenak “meninggalkan” orang banyak, untuk sendirian, untuk mendapatkan “me time”. Namun, keletihan dan kebutuhan untuk beristirahat tidak dapat menghentikan-Nya untuk berbuat baik.  Ia menyembuhkan ibu mertua Petrus.  Bahkan ketika matahari terbenam, dibawalah kepada-Nya semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Ia ingin istirahat, namun Ia melayani dan menyembuhkan mereka.

Bagaimana dengan kita? Bukankah sering kali kita begitu mudah lelah? Bahkan ketika seharusnya kita dapat melakukan suatu pekerjaan saat ini, kita menjadikan kelelahan menjadi dalih untuk menunda pekerjaan itu. Bahkan untuk berbuat baik pun sering kali kita tunda. “Saya akan berbuat baik, besok…” Yesus, tidak kenal lelah untuk berbuat baik.

Kedua, Yesus berbuat baik bukan untuk show-off. Ia tidak perlu kerumunan orang banyak. Ia hanya bersama Petrus dan ibu mertuanya. Meski tanpa orang banyak yang memuji-Nya, Yesus berbuat baik bagi ibu mertua Petrus.  Bagaimana dengan kita? Bukankah sering kali kita ingin agar kebaikan kita disaksikan oleh banyak orang? Lagi pula, ketika kita sendirian, lebih mudah jatuh pada diri kita yang lama yang egois dan jahat, karena tidak ada yang menegur kita; tidak ada orang yang mengawasi setiap gerakan kami. Ketika tidak ada yang melihat, kita bisa melakukan apapun yang kita mau. Ketika tidak ada yang mengamati, kita mudah untuk melupakan Tuhan. Ketika tidak ada yang melihat, kita merasa bebas untuk melakukan hal-hal memalukan. Kita berpikir, “Kan tidak akan ada yang tahu….”

Bagi Tuhan, ada orang banyak atau tidak, ada yang menyaksikan atau tidak, ada yang memuji atau tidak, diappresiasi atau dicemooh, Ia tetap berbuat baik.

Tiga, sesudah ibu mertua Petrus disembuhkan, ia dengan segera berdiri dan melayani Tuhan. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa kita disembuhkan untuk sesama. Kita diberkati untuk sesama, kita diberi rahmat untuk sesama, dan kita menerima segala kebaikan untuk sesama. Kita tidak pernah diberkati hanya untuk diri sendiri. Kita tidak pernah disembuhkan hanya untuk diri sendiri. Kita disembuhkan, kita diberkati, kita mendapat kemurahan, untuk hal yang penting ini: SESAMA.

Kita mohon berkat hari ini, agar kita tetap semangat melayani meski lelah, tetap melayani meski kita sedang membutuhkan “me time”. Kita juga mohon agar kita tetap semangat melayani meski tidak mendapat pujian banyak orang, tetap melayani walaupun hanya Tuhan saja yang tahu. Kita melayani karena kita telah terberkati.

Author

Write A Comment