Sabda Hidup
Jumat, 22 Juli 2022, Pesta St. Maria Magdalena
Bacaan: Kid. 3:1-4a atau 2Kor. 5:14-17; Mzm. 63:2,3-4,5-6,8-9; Yoh. 20:1,11-18.
“Kata Yesus kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” Kata Yesus kepadanya: “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni!”, artinya Guru.
(Yoh 20: 16).
Hari ini kita rayakan Pesta Sta. Maria Magdalena. Kata Magdalena berarti “dari Magdala”, sebuah kota di pantai danau Galilea. Maria Magdalena adalah perempuan yang dibebaskan dari 7 setan (Mrk 16:9; Luk 8: 2). Ia hadir di bawah kaki salib Yesus (Mrk 15: 40 Yoh 19: 25). Ia juga hadir saat pemakaman Yesus (Mrk 15: 47). Banyak yang menduga bahwa dialah perempuan yang mengurapi kaki Yesus di rumah Simon (Luk 7: 36-50) walau itu hanya spekulasi. Demikian juga ada yang menganggapnya saudara Martha dan Lazarus (Yoh 11:1, 12-13). Tetapi itu juga tidak pasti.
Yang pasti adalah bahwa ia sangat mengasihi Yesus. Itulah yang paling penting. Maria Magdalena amat bersyukur dan amat mengasihi Yesus karena ia telah dibebaskan dari cengkeraman setan. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga besyukur karena kita telah dibebaskan dari dosa dan kejahatan oleh Yesus? Apakah kita sungguh-sungguh mengasihi Yesus seperti Maria? Kasih Maria Magdalena kepada Yesus adalah kasih hingga mati. Kasih yang erat itu pula yang membuatnya mengenali Yesus ketika Yesus menyebut namanya: “Maria”. Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni!” (Yoh 20: 16).
Menarik untuk memperhatikan bahwa Maria pada awalnya tidak mengenali Yesus yang hadir di dekat-Nya. Bahkan ia mengiranya sebagai penunggu taman. Ada dua alasan, mengapa Maria tidak dapat mengenali Yesus yang bangkit. Pertama, Maria tidak dapat mengenali Yesus karena ia tenggelam dalam air matanya. Ia tenggelam dalam kesedihannya. Matanya kabur karena air mata. Kedua, Maria juga tidak dapat mengenali Yesus yang bangkit karena ia melihat ke arah yang salah. Ia berbicara dengan Tuhan tetapi ia melihat ke kubur.
Sering kali kita mempunyai pengalaman yang sama. Ketika kita tenggelam dalam kesedihan, tenggelam dalam air mata, kita tidak dapat mengenali Tuhan yang hadir. Kita juga tidak dapat mengenali Yesus ketika kita lebih melihat ke kubur: lebih terfokus pada trauma masa lalu, atau perhatian kita terpusat pada kegagalan, kejatuhan, dosa-dosa di masa lalu. Kita memang harus belajar dari masa lalu, tetapi kita harus memandang ke depan dan bergerak maju. Kita perlu mengubah arah pandangan kita. Tuhan memang dibaringkan dalam kubur tetapi Ia telah bangkit. Sering kali kita terlalu terpaku pada masa lalu yang membebani sehingga tidak mengenali kehadiran Tuhan di masa kini.
Tuhan ada di samping anda, di depan anda, di belakang anda, dalam diri anda. Mari kita arahkan pandangan kita kepada-Nya. Kita kasihi Dia sepenuh hati. Menurut Eric Fromm: “Mature love says, ‘I need you because I love you.’ Immature love says, ‘I love you because I need you.” Cinta yang dewasa berkata: “Aku membutuhkan engkau karena aku mencintai engkau.” Sedangkan cinta yang tak dewasa berkata: “Aku mencintai engkau karena aku membutuhkan engkau.” Semoga kita mencintai Yesus bukan hanya saat membutuhkan-Nya, tetapi membutuhkan-Nya karena kita mencintai Dia.