Remah Harian

I-CENTERED vs GOD-CENTERED

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Sabtu, 1 Agustus 2020, Peringatan Wajib St. Alfonsus Maria de Liguori

“Karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya…. disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara dan kepala Yohanes itupun dibawa orang di sebuah talam…. Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.”

(Mat 14: 9 – 12)

Perikope Kitab Suci hari ini mengisahkan wafatnya Yohanes Pembaptis (Mat 14: 1 – 12).  Ditampilkan di sana dua orang yang memiliki karakter yang bertentangan: Herodes, seorang yang “berpusat pada aku” (I-centered), dan Yohanes, seorang yang “berpusat pada Allah” (God-Centered).

Orang yang “berpusat pada aku” hidup untuk dirinya sendiri. Dia akan memikirkan yang menguntungkan diri sendiri. Ia tidak peduli dengan kesejahteraan orang lain, bahkan keberadaan orang lain. Ia akan dengan gampang memusnahkan yang lain, jika yang lain dilihat sebagai batu sandungan atau ancaman. Orang yang “berpusat pada aku” akan dengan mudah mengorbankan nilai-nilai untuk mendapatkan kekuatan, kekayaan, dan kenyamanan.

Sebaliknya, orang yang “berpusat pada Allah” akan menjunjung tinggi nilai-nilai dalam kehidupan seperti yang dilakukan Yohanes Pembaptis. Dia akan memegang teguh kebenaran dan keadilan meskipun harus mengorbankan hidupnya. Karena dia tahu bahwa ada kehidupan yang menanti mereka setelah kematian ini. Orang-orang seperti itu tidak akan pernah takut untuk mengatakan kebenaran dan akan memiliki integritas dalam kata-kata dan tindakan.

Hari ini kita peringati St. Alfonsus Maria de Liguori. Ia lahir 27 September 1696 – meninggal 1 Agustus 1787 pada umur 91 tahun, adalah seorang Uskup, Doktor Gereja, dan pendiri Kongregasi Sang Penebus Mahakudus (Congregatio Sanctissimi Redemptoris) disingkat C.Ss.R. Alfonsus dilahirkan dalam lingkungan keluarga bangsawan di Naples Italia pada tahun 1696. Ia adalah seorang anak ajaib yang memiliki kecerdasan yang sangat luar biasa. Ia meraih gelar doktor ilmu hukum dari Universitas Naples pada usia 16 tahun. Pada usia 21 tahun Alfonsus sudah memiliki praktek hukum sendiri dan menjadi salah satu pengacara terkemuka di Naples. Meskipun begitu ia tidak pernah menghadiri pengadilan tanpa menghadiri Misa dipagi hari. 

Suatu kesalahan yang dibuatnya di pengadilan membuat hidup Alfonsus berubah. Ia merasakan gejolak panggilan religius dalam hatinya untuk meninggalkan dunia dan melayani Yesus. Alfonsus menjadi yakin dengan apa yang telah lama ada dalam pikirannya: ia ingin menjadi seorang imam. Ayahnya berusaha membujuk Alfonsus agar ia mengurungkan niatnya itu. Tetapi, tekad Alfonsus sudah bulat. Ia kemudian belajar teologi dan ditahbiskan menjadi imam pada usia 29 tahun.

Dalam hidupnya, St. Alfonsus, tentu adalah seorang yang berpusat kepada Allah. Ia berkata: “Jika kamu memeluk segala sesuatu dalam hidup ini sebagai yang datang dari tangan Allah, dan bahkan memeluk kematian untuk memenuhi kehendak-Nya, yakinlah kamu akan mati sebagai seorang santo.”

Mari kita bertanya, apakah hidup saya ‘berpusat pada Allah” atau “berpusat pada aku”? Apakah saya mengkompromikan nilai-nilai dalam kehidupan karena saya khawatir akan masa depan dan keamanan saya sendiri? “Perfect love of God means the complete union of our will with God’s. Kasih Allah yang sempurna berarti persatuan sempurna antara kehendak kita dan kehendak Allah.” Demikian kata Santo Alfonsus Maria de Liguori.

St. Alfonsus Maria de Liguori, doakanlah kami.

Author

Write A Comment