Perikope Kitab Suci tentang wafatnya Yohanes Pembaptis (Mat 14: 1 – 12) menampilkan dua orang yang memiliki karakter yang bertentangan. Herodes adalah seorang yang “berpusat pada aku” (I-centered), sedangkan Yohanes adalah seorang yang “berpusat pada Allah” (God-Centered).
Orang yang “berpusat pada aku” akan hidup untuk dirinya sendiri. Dia akan memikirkan yang menguntungkan diri sendiri. Ia tidak peduli dengan kesejahteraan orang lain, bahkan keberadaan orang lain. Ia akan dengan gampang memusnahkan yang lain, jika yang lain dilihat sebagai batu sandungan atau ancaman. Orang yang “berpusat pada aku” akan dengan mudah mengorbankan nilai-nilai untuk mendapatkan kekuatan, kekayaan, dan kenyamanan.
Sebaliknya, orang yang berpusat pada Allah akan menjunjung tinggi nilai-nilai dalam kehidupan seperti yang dilakukan Yohanes Pembaptis. Dia akan memegang teguh kebenaran dan keadilan meskipun harus mengorbankan hidupnya. Karena dia tahu bahwa ada kehidupan yang menanti mereka setelah kematian ini. Orang-orang seperti itu tidak akan pernah takut untuk mengatakan kebenaran dan akan memiliki integritas dalam kata-kata dan tindakan.
Inkarnasi Yesus bukan untuk memenuhi kehendak-Nya sendiri tetapi Ia mengosongkan diri-Nya untuk memenuhi kehendak Bapa (Phi 2: 7). Bahkan ketika dia berpeluh darah di Getzemani, dia tidak mempertahankan “keakuan”-Nya, tetapi Bapalah yang menjadi pusat hidup-Nya. Karena itu Ia mampu membela kebenaran, bahkan ketika seluruh dunia berteriak menentang Dia.
Orang kudus kita hari ini, adalah seorang yang sungguh-sungguh berpsuat pada Allah. St. Yohanes Maria Vianney (8 Mei 1786 – 4 Agustus 1859) adalah pastor dari Ars di Perancis. Kebesaran-Nya bukan terletak pada prestasi akademisnya atau dalam kemampuan administrasinya, tetapi dalam kekudusan dan dedikasinya untuk merawat jiwa-jiwa. Hidupnya dicurahkan untuk keselamatan jiwa-jiwa. Dia menghabiskan waktu berjam-jam untuk mendengarkan pengakuan. Dia juga mencurahkan energinya untuk berkhotbah dan mengajar katekismus. Tuhan menggunakan imam yang suci ini untuk membangkitkan banyak pertobatan yang luar biasa.
Mari kita berdoa untuk semua imam. Semoga para imam memiliki kekudusan hidup St. Yohanes Marie Vianney, memusatkan hidup mereka pada Allah, dan bukan pada diri sendiri. Semoga St Yohanes Maria Vianney berdoa bagi ribuan imam yang dalam kesenyapan dan kesendirian dengan tekun melayani umat, mendengarkan masalah mereka, menjadi saluran pengampunan Allah, dan memberi mereka “makan” dengan ajaran dan teladan Kristus.
Dan mari kita juga bertanya, apakah hidup saya ‘berpusat pada Allah” atau “berpusat pada aku”? Apakah saya mengkompromikan nilai-nilai dalam kehidupan karena saya khawatir akan masa depan dan keamanan saya sendiri?
Bacaan hari ini: Yer. 26:11-16,24; Mat. 14:1-12