Remah Harian

HUKUM UNTUK MANUSIA

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Selasa 19 Januari 2021, Selasa Pekan Biasa 2

“Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”

(Mrk 2: 27 – 28)

Pernyataan Yesus ini diucapkan sebagai tanggapan atas beberapa orang Farisi yang mengkritik murid-murid Yesus yang memetik bulir gandum pada hari Sabat ketika mereka berjalan di ladang gandum. Mereka lapar dan melakukan sesuatu yang wajar bagi mereka. Namun, orang-orang Farisi menggunakannya sebagai kesempatan untuk mengkritik bahwa dengan memetik bulir gandum, para murid melanggar hukum Sabat.

Dari sudut akal sehat, ini konyol. Akankah Tuhan kita yang Mahakasih “tersinggung” karena para murid memetik bulir gandum untuk dimakan saat mereka berjalan di ladang? Orang yang skrupel mungkin akan berpikir demikian, tetapi orang ber-akal-sehat pasti akan melihat hal itu sebagai sesuatu yang wajar, di mana hukum dibuat untuk manusia, bukan manusia untuk hukum.

Pernyataan Yesus meluruskan hal itu. “Sabat diadakan untuk manusia, bukan manusia untuk sabat.” Sabat dimaksudkan untuk membantu manusia, bukan membebani mereka. Di tengah pekerjaan sehari-hari yang melelahkan sebagai budak di Mesir, orang Israel diperintahkan untuk beristirahat sehari penuh pada hari Sabat di bawah Hukum Musa. Hukum Farisi telah mengubah hari Sabat menjadi beban, menambahkan batasan di luar apa yang dikatakan hukum Tuhan. Tindakan memetik bulir gandum dan mengunyahnya saat berjalan di sepanjang ladang dikategorikan sebagai “memanen”. Murid-murid tidak melanggar hukum Tuhan; mereka hanya “melanggar” penafsiran hukum yang kaku dari orang Farisi. Yesus mengingatkan orang-orang Farisi tentang maksud asli dari istirahat Sabat.

Ketaatan religius luaran dan kesalehan hidup beragama seperti yang dipraktekkan oleh para Farisi, tidak bisa menggantikan kasih kepada Tuhan dan sesama. Kesalehan Kristiani yang otentik hanya terjadi bila praktek-praktek hidup beragama disatukan dengan pelayanan penuh kasih kepada sesama. Yesus memperingatkan bahwa ada yang jauh lebih mulia daripada sekadar pergi beribadat di bait suci serta mematuhi hukum.

Sejauh mana kita cenderung membatasi kehidupan beragama sekadar pada menghadiri peribadatan di gereja dan mematuhi hukum? Marilah kita menyadari bahwa inti dari hidup beragama adalah cinta dan pelayanan: untuk mengasihi dan melayani Tuhan di atas segalanya dan untuk mencintai saudara dan saudari kita seperti diri kita sendiri.

Bacaan hari ini: Ibr. 6:10-20; Mzm. 111:1-2,4-5,9,10c; Mrk. 2:23-28.

Author

Write A Comment