Sabda Hidup
Minggu, 12 Juni 2022, Hari Raya Tritunggal Mahakudus
Bacaan: Ams. 8:22-31; Mzm. 8:4-5,6-7,8-9; Rm. 5:1-5; Yoh. 16:12-15.
“Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.”
(Yoh 16: 12 – 15)
Konon, Paus menginginkan sebuah lukisan Allah. Maka ia memanggil para pelukis di seantero Roma. Ia berkata, barangsiapa dapat melukis Allah dengan sempurna akan menerima hadiah dari Paus.
Para pelukis yang berkumpul di salah satu gedung di Vatikan itu mulai bekerja, melukis wajah Allah. Mereka mencurahkan sepenuh kemampuan mereka dalam beberapa bulan. Tetapi ada seorang pelukis bernama Giuseppe yang setiap hari hanya duduk temenung di depan kanvasnya. Karena ia sudah tua, ia biasa tertidur di depan kanvasnya.
Akhirnya tiba waktunya untuk Paus menilai lukisan-lukisan hasil karya para pelukis itu. Bapa Suci berkeliling galeri yang luas itu dan melihat setiap lukisan di samping pelukisnya. Allah dilukiskan atas pelbagai cara: seorang tua yang penuh kasih, seorang Gembala, seorang Raja di atas Tahta, seorang yang tersalib, seekor burung merpati, dan masih banyak lukisan yang lain. Akan tetapi, Paus belum merasa puas dengan semua lukisan itu.
Ketika ia duduk beristirahat sesudah berkeliling itu, ia mendengar dengkuran Guiseppe yang tertidur di depan kanvas. Paus pergi melihat pelukis tua itu dan melihat kanvas kosong di depannya.
“Nah, ini dia!” Paus berseru, “inilah lukisan wajah Allah paling sempurna!” Para kardinal, uskup dan para pelukis lain berkerumun di sekeliling Paus yang memegang kanvas kosong. Tak ada lukisan apa-apa di atasnya. Kosong.
“Tetapi Yang Mulia, kanvas itu kosong… tak ada lukisan apa-apa,” kata para kardinal.
“Sangat tepat!” kata Paus, “Seperti itulah Allah – tak terlukiskan!”
***
Ajaran (dogma) Gereja tentang Tritunggal sejak awal sampai sekarang hanya dapat kita terima dengan iman/kepercayaan bukan dengan pengetahuan. Merayakan Misteri Tritunggal ini kita diingatkan dan patut bersyukur kepada Tuhan, sebab sejak dibaptis kita dapat mengalami kasih Allah Bapa dan bimbingan Roh-Nya seperti yang dapat kita alami dalam kasih Kristus Putera-Nya. Ketiga Pribadi Allah itu hadir dan bekerja di dalam hidup diri kita masing-masing.
- Kita mengimani Allah Bapa sebagai Pencipta, yang memanggil kita turut serta mengambil bagian dalam cintakasih penyelenggaraan-Nya. Kita dijadikan putera-puteri-Nya.
- Kita mengimani Allah Putera sebagai gambaran Allah yang paling nyata dan tampak. Yesus Kristus, Putera Allah yang datang ke tengah kita, ikut serta mengalami dan merasakan nasib kita sebagai manusia. Dialah yang mewartakan dan mewujudkan rahasia penyelamatan, yang diselenggarakan oleh Allah Bapa bagi kita semua. Dan melalui Dia pula kita dapat mengambil bagian dalam kehidupan Tritunggal.
- Kita mengimani Roh Kudus sebagai karunia kasih antara Allah Bapa dan Putera. Roh ini lewat Kristus datang dan hidup di dalam Gereja-Nya, dan di dalam pribadi setiap pribadi anggota Gereja-Nya itu. Roh inilah yang membimbing cara dan arah hidup kita seperti diteladani oleh Yesus. Dengan demikian kita dapat menempuh jalan hidup kita, penuh kasih yang benar menuju kehidupan kekal.
Dengan demikian kita tak perlu dan tidak mungkin ingin memahami sepenuhnya rahasia Tritunggal Mahakudus. Lebih tepatlah kita semua mengucapkan rasa syukur dan berterima kasih kepada Allah dengan rendah hati: Bapa, Putera dan Roh Kudus, yang dalam kasih-Nya senantiasa menyertai langkah hidup kita, baik apabila kita mengalami masa sulit, maupun bila merasakan masa gembira dan bahagia dalam hidup. Kita mengimani Allah Tritunggal Mahakudus sebagai kasih. Dialah kasih sejati, kasih yang kekal. Kita semua tidak hanya mengimaniNya, tetapi juga mendekatkan diri pada cara hidup Allah Tritunggal yang penuh misteri itu, dengan belajar untuk membentuk persekutuan pribadi-pribadi dalam keluarga dan komunitas kita. Apakah keluarga-keluarga kita dapat bersekutu seperti Tritunggal mahakudus? Apakah anda membuat tanda salib dengan penuh devosi?
“Ya Allahku, Tritunggal yang kusembah, berilah damai di dalam jiwaku; jadikanlah ini surgaMu, tempat tinggaMu yang tercinta dan tempat istirahatMu. Semoga aku tak pernah meninggalkanMu, tetapi tetap tinggal di situ, seluruhnya dan seutuhnya, siap sedia di dalam imanku, sepenuhnya memujaMu, dan sepenuhnya menyerahkan diriku kepada tindakan kreatifMu.”
St. Elizabeth dari Tritunggal.