Sabda Hidup
Senin, 25 September 2023, Senin Pekan Biasa XXV
Bacaan: Ezr. 1:1-6; Mzm. 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6; Luk. 8:16-1
Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya.”
(Luk 8: 16)
Seorang anak kecil bersama ibunya sedaang berdoa dalam sebuah gereja. Dia terpesona melihat cahaya matahari menembus jendela kaca warna-warni bergambar orang-orang kudus. Dia bertanya kepada ibunya, “Bu, itu gambar siapa yang ada di jendela?” “Mereka adalah orang-orang kudus,” jawab ibunya. Kemudian anak itu berkata, “Oooo…. sekarang saya tahu siapa itu orang-orang kudus. Mereka adalah orang-orang yang membiarkan cahaya matahari menembusnya dan menyinari kita.”
Kita telah menerima terang iman ketika kita menjadi orang Kristen. Lilin menyala yang diberikan sesaat setelah baptisan melambangkan hal itu. Di sinilah perumpamaan hari ini berbicara kepada kita. Apa yang kita lakukan dengan terang iman kita? Banyak dari kita menyembunyikannya, sebab membiarkan terang iman bersinar melalui hidup kita, merupakan tanggung jawab besar. Dalam masyarakat modern saat ini, menunjukkan iman dalam kehidupan sehari-hari mungkin akan mengundang ejekan dan cemoohan. Itulah yang mendorong banyak orang berkata: “Iman saya adalah urusan pribadi.” Apakah iman kita memang hanya urusan pribadi? “BUKAN!” kata Yesus, “Imanmu bukan urusan pribadi!” “Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya,” (Luk 8: 16). “Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga,” (Mat 5: 16).
Paus Fransiskus dalam salah satu homilinya tahun 2016 yang lalu berkata: “Jika anda tidak ingin menjadi orang Kristen dalam nama saja, anda harus melaksanakan komitmen harian anda untuk menjaga terang yang telah diberikan kepada anda saat dibaptis dan bukan menyembunyikannya. Ini adalah komitmen yang harus dipegang dalam hidup “setiap hari”, memelihara komitmen tersebut dan tidak mudah menyerah pada godaan di mana kita mudah jatuh.”
Yesus datang membawa warta kasih dan pengharapan, warta keselamatan bagi semua orang. Warta itu bukan warta rahasia, bukan juga sesuatu yang eksklusif untuk orang-orang tertentu saja. Masih ada banyak orang yang percaya bahwa rahmat keselamatan Allah hanya diperuntukkan bagi kelompok kecil orang-orang terpilih.
Sakramen baptis adalah pengingat bahwa kita dipanggil untuk bertanggungjawab menjaga terang Injil itu bersinar dalam dunia kita dan menarik setiap orang pada hidup dan pengharapan. Kita bertanggunjawab untuk memastikan bahwa pelita itu tidak disembunyikan, tetapi memancarkan terang Kristus kepada siapa saja di sekitar kita.
Cahaya Kristus yang kita terima harus menembus diri kita dan bersinar dalam keluarga, di lingkungan, di tempat kita bekerja, di masyarakat kita, di negara kita, di mana pun kita berada.
Semoga Roh Kudus membantu kita untuk tidak jatuh dalam kebiasaan buruk yang mengaburkan atau bahkan menutup terang itu. Semoga Ia membantu kita membawa terang yang kita terima dengan cuma-cuma: terang persahabatan, terang kelemahlembutan, terang iman, terang harapan, terang kesabaran, terang kebaikan.
Hendaklah terangmu bercahaya! Let your light shine!