Remah Mingguan

HENDAKLAH KAMU SIAP SEDIA

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Minggu, 7 Agustus 2022, Minggu Biasa XIX, Tahun C
Bacaan: Keb. 18:6-9Mzm. 33:1,12,18-19,20,22Ibr. 11:1-2,8-19 ; Luk. 12:32-48.

“Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan,”

(Luk 12: 40)

Menurut yang punya cerita, ada sebuah keluarga bahagia. Salah satu hiburan bagi keluarga itu adalah mencoba peruntungan mereka dengan membeli lotere. Yah… sekedar hiburan, kata mereka. Kalau menang, untung tak ditolak. Bapa keluarga itu akan beli lotere dan dibagikan kepada seluruh anggota keluarga, termasuk si kakek yang sudah berumur 85 tahun.

Suatu hari, bapa keluarga itu membeli lotere lagi dan dibagi-bagi ke seluruh anggota keluarga. Ketika ada pengumuman pemenang, ternyata salah satu nomor lotere yang dibeli memenangkan hadiah 10 milyar rupiah. Dan lotere yang menang itu dipegang oleh kakek.

Masalahnya, mereka ragu-ragu untuk memberitahukan kabar gembira itu kepada kakek karena ia menderita lemah jantung. Jangan-jangan ia meninggal karena terlalu senang. Maka untuk memberitahukan hal itu kepada kakek, mereka minta tolong kepada pastor paroki. Maka pastor paroki yang masih cukup muda itu datang mengunjungi keluarga itu dan berbicara dengan kakek. Setelah bersenda gurau dengan kakek pastor paroki berkata kepada kakek, “Kek, misalnya saja…. Ini misalnya ya… misalnya kakek mendapat hadiah uang 10 milyar rupiah, apa yang akan kakek lakukan dengan uang itu?

“Berapa? 10 milyar?” jawab Kakek. “Itu uang yang sangat banyak, Romo!”
“Tapi baiklah,” lanjut si Kakek. Ia diam sejenak kemudian tersenyum lebar dan berkata, “Romo, ini yang akan saya lakukan dengan uang itu. 5 milyar akan saya bagikan kepada cucu-cucu dan cicit-cicit saya. Dan yang 5 milyar, akan saya donasikan kepada anda!”

Pastor paroki itu terkejut dan karena saking bahagianya ia jatuh dan meninggal karena serangan jantung!

* * * *

“Hendaklah kamu siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan!” kata Injil hari Minggu ke-19 ini. Berjaga-jagalah! “Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala!”

Siap sedia adalah awal dari kebijaksanaan sejati. “Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang,” kata Yesus. Hidup secara bijaksana adalah hidup yang memandang ke depan. Maka seorang yang bijak tidak hanya memperhatikan saat sekarang tetapi juga memandang ke depan.

Bagaimana persiapan itu harus dilakukan? Suatu ketika seorang tua yang kaya raya yang tinggal sendirian, mulai membuat persiapan bagi akhir hidupnya. Maka ia membeli “kapling” pekuburan mewah. Setiap minggu ia mengunjungi “kapling”-nya itu. Tak lama kemudian ia juga membeli sebuah peti mati yang amat mahal. “Di situlah aku akan dibaringkan suatu hari,” katanya. Ia memang membuat persiapan. Tetapi hanya untuk tubuhnya, bukan untuk jiwanya.

Tentu kita tidak hanya membuat persiapan untuk tubuh kita, tetapi juga untuk jiwa kita. Bagaimana? Ingat perumpamaan Yesus tentang pengadilan terakhir? Ia berkata, “ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum, ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku” (Matius 25:34–36). “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.”

Persiapan untuk jiwa kita juga kita lakukan dengan setia menjalankan dengan baik tugas dan kewajiban kita dalam pelayanan apa saja: sebagai ibu rumah tangga, sebagai orang tua, sebagai pegawai perusahaan, sebagai aparat pemerintah, sebagai imam, sebagai biarawan-biarawati, dst.

Mari kita bertanya kepada diri kita masing-masing. Apakah saya adalah hamba yang sedang melaksanakan tugas dengan setia dan jujur? Apakah hidup saya di dunia ini ditandai dengan amal kasih? Apakah kehadiran saya membuat orang lain bahagia? Atau orang lain justru menghindari?

Mari kita hidup sedemikian rupa sehingga ketika Tuan kita kembali, seperti yang diperingatkan oleh Injil, kita tidak memiliki alasan untuk menyesal.

“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku,” (Why 3: 20)

Author

Write A Comment