Sabda Hidup
Selasa, 6 Juli 2021, Selasa Pekan Biasa XIV
Yesus dalam Injil hari ini mengungkapkan keprihatinan-Nya atas orang banyak yang mengikuti Dia. “Hatinya tergerak oleh belas kasihan kepada mereka karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.” Kerumunan orang banyak tidak memiliki karakter, mereka dengan gampang mengikuti arus opini dan aneka ragam bujukan. Kerumunan mudah diprovokasi. Satu orang iseng saja, misalnya, berteriak “API!” di dalam sebuah gedung yang penuh sesak, dapat terjadi kekacauan.
Yesus melihat perlunya pemimpin. Dia mengangkat gagasan kepemimpinan dalam bentuk penggembalaan. Dia menggambarkan seorang gembala, sebagai seorang yang “menyembuhkan yang sakit” baik jasmani maupun rohani; yang “membangkitkan orang mati” atau memberi harapan kepada yang hilang arah atau putus asa; yang “menahirkan penderita kusta” yang hidup di pinggiran masyarakat; dan yang “mengusir setan,” yang berperan sebagai seorang nabi, yang berhati nurani, yang menentang kejahatan dalam struktur sosial dan kehidupan pribadi kita.
Selain itu, seorang gembala tidak pernah mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri dengan mengorbankan kawanannya: “Kamu telah menerima dengan cuma-cuma; karena itu berilah dengan cuma-cuma,” (Mat 10: 8). St. Agustinus menunjuk pada ayat ini ketika dia membedakan dua jenis pemimpin: mereka yang peduli pada kawanan domba dan mereka yang hanya tertarik pada bulu domba. Pemimpin sejati tentu saja adalah orang yang hatinya mengutamakan kepentingan kawanannya dan bukan hanya mengambil untuk dari bulu dombanya.
Apa yang dikatakan Yesus tentu tidak hanya merujuk kepada para pemimpin Gereja. Kebutuhan akan pekerja di kebun anggur Tuhan dapat merujuk pada siapa saja yang berkehendak baik. Saat pandemi gelombang demi gelombang menghantam kita dan sudah begitu banyak jatuh korban, yang diperlukan adalah orang-orang berkehendak baik, bukan orang-orang yang sibuk menyalahkan sana dan sini, demi kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompoknya. Pandemi ini hanya bisa diatasi dengan kepedulian dari semua pihak, baik pribadi maupun kelompok, berjuang demi kemanusiaan, bukan menungganginya demi nafsu berkuasa.
“Many think the opposite of love is hate, but the opposite of love is really indifference. Banyak yang berpikir bahwa lawan dari kasih adalah kebencian, tetapi lawan dari kasih sesungguhnya adalah ketidakpedulian,” kata Ibu Teresa. Mari kita saling peduli.
Bacaan hari ini: Kej. 32:22-32; Mzm. 17:1,2-3,6-7,8b,15; Mat. 9:32-38.