Sabda Hidup
Sabtu, 27 Agustus 2022, Peringatan Wajib St. Monika
Bacaan: 1Kor. 1:26-31; Mzm. 33:12-13,18-19,20-21; Mat 25:14-30,
“Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.”
(Mat 25: 14 – 15)
Bacaan Injil hari ini adalah mengetengahkan perumpamaan tentang talenta. Satu talenta mempunyai nilai yang banyak sekali. Pada masa Yesus, satu talenta itu sama dengan 6.000 dinar. Satu dinar adalah upah kerja satu hari untuk pekerja pada umumnya. Maka, satu talenta, kurang lebih sama dengan upah kerja selama 20 tahun; dua talenta sama dengan upah kerja 40 tahun; lima talenta nilainya sama dengan upah kerja 10o tahun. Tuan mana yang mau mempercayakan uang dengan jumlah begitu besar kepada hambanya? Tuan dalam perumpamaan itu mempercayakan talenta kepada hamba-hambanya dalam jumlah yang berbeda-beda, menurut kesanggupannya, dengan harapan bahwa hamba-hambanya itu akan menjalankannya sehingga beroleh laba. Hamba yang baik dan bertanggungjawab melaksanakan perintah tuannya, sedangkan hamba jahat justru memendam talenta itu.
Kita sering memaknai talenta itu sebagai bakat atau kemampuan. Namun talenta itu dapat juga dimaknai sebagai pelbagai macam karunia dari Tuhan. Ia telah mempercayakan begitu banyak talenta kepada kita. Talenta adalah apa saja yang kita terima dari-Nya: hidup kita, kesehatan kita, keluarga, sahabat, pengetahuan, kehendak bebas, waktu, keterampilan, sakramen-sakramen, iman, harapan, dan kasih. Bisa juga berarti kemampuan kita berorganisasi, kualitas-kualitas kepemimpinan, kemampuan berelasi dengan orang lain, kreativitas, dsb. Apakah kita bersyukur kepada Tuhan atas talenta-talenta itu? Sudahkah kita mengelola talenta yang dipercayakan kepada kita itu dengan bertanggungjawab?
Yesus sendiri mengutus kita untuk menghasilkan buah. “Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah,” (Yoh 15: 16). Tetapi begitu banyak dari kita yang tidak mengembangkan talenta itu sebaik-baiknya dengan macam-macam alasan.
Alasan pertama adalah menyangkal. Orang merasa lebih nyaman dengan menyangkal talenta yang dipercayakan kepadanya. Terasa lebih nyaman karena lebih sedikit risiko. Orang tak mau mengambil risiko untuk mengembangkan talentanya dan ingin tinggal dalam zona nyamannya.
Yang kedua, menunda-nunda. Ketika kita diminta untuk memperlihatkan dan mengembangkan talenta, jawaban kita: “besok sajalah… next time…” Ketika diajak aktif melalui paduan suara, jawabannya adalah, “Lain kali lah… next time…” Ketika diajak melayani, bilang “Aduh… aku belum siap…” Semakin banyak kita menunda, semakin banyak kita menyangkal talenta itu.
Ketiga, kekhawatiran. Banyak yang takut atau khawatir untuk memperlihatkan dan mengembangkan talentanya karena takut gagal, takut dikritik, takut dicemooh. Mari mohon kepada Tuhan agar kita diberi kekuatan sebab misi kita adalah menjadi saluran rahmat Tuhan melalui talenta-talenta kita.
Keempat, tidak bertanggungjawab. Kita lebih mudah mempersalahkan hal-hal lain, kejadian, atau orang lain atas kegagalan kita. Mari bertanggungjawab. Apa saja yang dipercayakan kepada kita tidak dimaksudkan untuk diri sendiri. Semua dimaksudkan untuk memberi manfaat bagi sesama, masyarakat, dan bagi kemuliaan-Nya yang lebih besar lagi.
Mari, kita kelola apa saja yang telah dipercayakan kepada kita semaksimal mungkin. Jangan takut menggunakannya bagi kepentingan sesama dan bagi kemuliaan-Nya sebab itulah kewajiban kita. Kita adalah hamba-hamba-Nya yang terpercaya.