Remah Harian

GREGET MENGUBAH HIDUP

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Jumat, 10 Desember 2021, Jumat Pekan Advent II

Bacaan: Yes. 48:17-19; Mzm. 1:1-2,3,4,6; Mat. 11:16-19.

“Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.”

(Mat 11: 16 – 19)

Warta Yohanes Pembaptis dan Yesus seakan-akan membentur tembok kebebalan, ego dan kesombongan orang-orang Farisi dan para Ahli Taurat yang merasa paling benar. Mereka dipenuhi dengan iri dengki dan prasangka. Yohanes Pembaptis yang datang dengan keugaharian dan matiraga dikatakan kerasukan setan, Yesus yang makan bersama dengan para pemungut cukai dan para pendosa dikatakan pelahap dan peminum.

Yesus membandingkan sikap mereka itu dengan anak-anak jalanan yang menghibur diri mereka sendiri dengan meniup seruling mendendangkan lagu-lagu pesta dan menyanyikan kidung duka. Anak-anak ini membagi diri mereka dalam dua kelompok. Ketika kelompok yang yang satu menyanyikan meniup seruling dan mendendangkan lagu pesta dan meminta kelompok yang lain menari, kelompok yang lain bersikeras dengan kidung dukanya dan meminta kelompok yang satu berperan seakan sedang dalam upacara penguburan. Kedua-duanya frustrasi karena besikukuh dengan keinginan sendiri. Yesus membandingkan para Farisi dan ahli Taurat dengan anak-anak ini, yang karena kesombongan dan prasangka, tidak mendengarkan warta pertobatan dari Yohanes Pembaptis, juga menolak untuk mendengarkan warta kasih, kerahiman dan keselamatan.

Masa Adven adalah waktu untuk belajar untuk mengarahkan hidup kita ke kehidupan yang lebih dalam. Tuhan meminta kita untuk mendengarkan. Kalau saja kita mau mengindahkan Sabda Tuhan, maka Tuhan akan mengulurkan tangan, menuntun, mengarahkan kita. Apakah ketika Yesus melihat kita, merasa jengkel karena kita bebal dan tidak mau mendengarkan? Apakah kita punya “greget” untuk mengusahakan keselamatan?

Selain itu, mendengarkan Sabda Tuhan mengandaikan penerimaan total dan pengejawantahan apa yang kita dengar dalam hidup kita sehari-hari. Hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya. Semoga undangan Tuhan untuk bertobat, mengubah hidup kita dan menghasilkan buah-buah dalam tindakan konkrit.

Author

Write A Comment