Karena hari telah gelap dan malam telah tiba, seorang kafilah menghentikan ontanya untuk beristirahat. Kafilah itu mendirikan kemahnya di padang pasir. Pada malam itu onta tersebut kedinginan di luar tenda. Onta itu seolah-olah memohon belas kasihan kepada tuannya, agar diperkenankan masuk ke dalam kemah. Mula-mula binatang itu memasukkan kepalanya ke dalam kemah. Seakan-akan ia berkata: “Tuan, aku kedinginan di luar, ijinkan leherku dan kepalaku bernaung dalam kemahmu, supaya aku tidak kedinginan.”
Melihat hanya kepala onta yang masuk ke dalam kemahnya, kafilah itu jatuh belas kasihan dan membiarkan onta itu memasukkan tubuhnya dalam kemah itu.
Karena dibiarkan masuk, onta itu perlahan-lahan memasukkan seluruh tubuhnya ke dalam kemah itu. Apa jadinya? Akhirnya binatang itu mengobrak-abrik perkemahan kafilah itu.
Jikalau kita memberi tempat bagi iblis untuk menggoda kita, maka dia pun akan mengobrak-abrik seluruh kehidupan kita.
Godaan dalam bahasa Yunani adalah “scandalon”. Dari kata itu kita mendapat kata “skandal”. Arti sebenarnya adalah batu sandungan atau jebakan. Godaan itu pasti akan ada. “Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan,” (Luk 17: 1). Maka, “Jagalah dirimu!” (Luk 17: 3). Jika kita memberi tempat, maka perlahan-lahan ia akan mengobrak-abrik kehidupan kita.
Selain itu kita mempunyai tanggungjawab untuk tidak menjadi batu sandungan bagi yang lain; tidak menyebabkan orang lain jatuh ke dalam dosa. “Celakalah orang yang mengadakannya,” kata Yesus. Jika ada, “Tenggelamkan!”
Bacaan Misa hari ini: Keb. 1:1-7; Mzm. 139:1-3,4-6,7-8,9-10; Luk. 17:1-6