Sabda Hidup
Minggu 10 Januari 2021, Pesta Pembaptisan Tuhan
Dua orang Pendeta dan seorang Pastor Paroki sedang berdiskusi tentang kucing-kucing yang selalu datang di gereja mereka. Jumlah mereka cukup banyak sehingga mengganggu. Pendeta GPI berkata bahwa ia sudah menangkap kucing-kucing itu, memasukkannya di karung, dan melemparkannya ke sungai. Tetapi rupanya kucing-kucing itu memang mempunyai sembilan nyawa, sehingga mereka bertahan hidup, dan kembali datang ke gereja. Malahan lebih banyak lagi yang datang di sana minggu berikutnya.
Pendeta GKI bilang bahwa ia tidak ingin melukai ciptaan Tuhan. Maka ia menangkap kucing-kucing itu dan membawa mereka ke luar kota dan melepaskan mereka di sana. Tetapi tiga hari kemudian, kucing-kucing itu muncul kembali.
Pastor Paroki bilang bahwa dia punca cara paling ampuh untuk mengatasi masalah itu. Katanya, “Saya baptis kucing-kucing itu dan sesudah itu saya tidak pernah melihat mereka lagi di gereja!”
Tentu saja, itu hanyalah cerita mop, tetapi mungkin menggambarkan juga kenyataan yang sering terjadi, bahwa banyak orang yang sesudah dibaptis, tidak pernah muncul lagi di gereja.
* * *
Hari ini kita rayakan Pesta Pembaptisan Tuhan. Mungkin ada banyak pertanyaan yang muncul di benak kita. Putra Allah koq dibaptis? Mengapa Ia dibaptis oleh Yohanes? Mengapa bukan Allah Bapa saja yang langsung membaptisNya? Jawaban akan pertanyaan-pertanyaan itu nampak dalam peristiwa terkoyaknya langit dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari surga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” Dialah Putra Allah sendiri. Tetapi Putra Allah yang hendak tinggal di tengah-tengah kita. Putra Allah yang menjadi sama dengan saya dan anda dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa. Ia ingin menjadi sama dengan saya dan anda; ingin dekat dengan; ingin senasib sepenanggungan; ingin solider; ingin sehidup – semati dengan saya dan anda. Dalam bahasa psikologi ada istilah symphatos-emphatos; yang artinya sehati-seperasaan; senasib-sepenanggungan; bela-rasa; ingin menjadi dekat dengan orang yang dicintainya. Dialah Firman yang telah menjadi manusia dan tinggal di tengah-tengah kita.
Menurut kata-kata Yesaya: “Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” Kuat kuasa Allah Bapa menyertai PuteraNya Yesus Kristus untuk melaksanakan kehendak Bapa: karya penyelamatanNya di dunia ini dan kuasa dunia tidak akan pernah mengalahkanNya.
* * *
Pesta Pembaptisan Tuhan juga mengingatkan kita akan siapa kita. Jika dalam pembaptisan Yesus dinyatakan sebagai “Anak yang dikasihi” oleh Bapa, maka pembaptisan kita juga telah membuat kita anak-anak Allah. “Setiap orang yang percaya bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah.” Kita lahir dari Allah. Dan lagi, St. Yohanes menegaskan: “semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Oleh karena itu sebagai umat beriman kita harus menyadari bahwa iman akan Yesus akan memampukan kita mengalahkan kuasa dunia yang sering membelenggu kita dengan rantai dosa. Iman akan Yesus mengalahkan segalanya dan membawa keajaiban. Iman akan Yesus akan menjadikan kita generasi pemenang atas dunia.
* * *
Akan tetapi tentu saja dengan dibaptis kita tidak otomatis menjadi pemenang. Sering terjadi, setelah pembaptisan, orang merayakannya, sampai-sampai orang tua pinjam uang sana-sini agar dapat menyelenggarakan pesta setelah permandian anak, tetapi tidak ada tindak lanjut setelah itu. Misalnya, banyak anak-anak yang setelah dibaptis tidak dididik untuk dekat dengan Gereja, tidak dibimbing untuk menghidupi imannya dan menjalankan kewajiban mereka sebagai orang-orang Kristen. Hasilnya, banyak yang menjadi Katolik KTP. Kalau tidak, mereka menjadi Katolik Napas Nikmat: Natal Paskah Nikah Mati. Datang ke gereja hanya pada Hari Natal, Paskah, pada waktu Nikah dan Mati.
* * *
Seorang Teolog, Bernard Cooke, dalam Christian Sacraments and Christian Personality menulis: “Pembaptisan kita bukanlah tindakan yang terjadi sekali dan tidak memiliki arti lebih lanjut bagi kehidupan kita. Sebaliknya, semua makna sakramen ini secara dinamis masuk ke dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai orang Kristen.” Pendeknya, mau dikatakan bahwa tidak cukup kita menerima baptisan secara pasif sebagai sesuatu yang dilakukan kepada kita. Kita juga harus membiarkannya menjadi kekuatan operatif yang mendorong kita untuk bertindak seperti Kristus.
Secara konkret, bagaimana saya sebagai seorang Kristen terlibat misalnya dalam pelayanan-pelayanan paroki; bergabung dengan kelompok-kelompok yang menjangkau mereka yang kurang beruntung; melayani yang berduka; atau bersaksi sebagai keluarga Kristen yang baik atau pejabat pemerintah yang mengedepankan nilai-nilai moral keadilan, kejujuran, dan integritas, dan sebagainya
* * *
Mari bertanya kepada diri kita masing-masing: Sebagai seorang yang dibaptis, apakah saya menyadari tugas dan tanggung jawab saya? Apa komitmen saya sebagai seorang yang dibaptis? Semoga baptisan Tuhan mengingatkan kita akan panggilan dan tugas kita serta berkomitmen penuh untuk memenuhinya.
Syukur kepadaMu Tuhan Sumber segala rahmat.
Meski kami tanpa jasa, Kau pilih dan Kau angkat.
Dosa kami Kau ampuni, Kau beri hidup ilahi
Kami jadi PutraMu.
Kau Tumbuhkan dalam hati, Pengharapan dan Iman.
Kau kobarkan cinta suci, dan semangat berkorban.
Kami Kau lahirkan pula untuk hidup bahagia.
Dalam kerajaanmu.
Kami hendak mengikuti, Jejak Yesus Sang Abdi.
Mengamalkan cinta bakti di masyarakat kami.
Syukur kepadaMu Tuhan, Atas babtis yang mulia.
Tanda rahmat dan iman.
Bacaan Misa hari ini: Yes 55: 1 – 11; 1 Yoh 5: 1 – 9; Mrk 1: 7 -11