Remah Mingguan

GEMBALA YANG BAIK

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Minggu, 3 Mei 2020, Minggu Paskah IV Tahun A

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;

tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar,” (Yoh 10: 1 – 3).

Suatu hari pastor paroki sedang menengok kegiatan anak-anak Sekami. Kebetulan yang diajarkan adalah topik tentang gembala yang baik. Maka pastor bertanya kepada anak-anak, “Anak-anak, apa yang dilakukan oleh seorang gembala terhadap domba-dombanya?” Seorang anak di pojok menjawab: “Memerah susunya…”

Tentu itu adalah salah satu yang dilakukan oleh gembala domba, selain memberi makan dan juga mencukur bulu domba untuk dijadikan wool. Tetapi ketika Kitab Suci berbicara tentang para pemimpin umat Allah sebagai gembala, yang dimaksud adalah pemimpin yang memastikan kesejahteraan domba-dombanya, menjaga dan memelihara umat Allah seperti gembala yang baik yang menjaga kawanannya.

Kita masing-masing mempunyai kesempatan menjadi pemimpin sebab kepada kita masing-masing dipercayakan orang-orang untuk kita perhatikan dan kita pimpin. Contohnya, Bapa Paus, dia adalah pemimpin Gereja universal. Bapa Uskup adalah pemimpin Gereja lokal yang disebut Keuskupan. Pastor Paroki adalah pemimpin kesatuan umat lokal yang disebut paroki. Para pemimpin awam, menjadi pemimpin kelompok-kelompok tertentu, misalnya Ketua Stasi, Ketua Lingkungan, Ketua kelompok kategorial tertentu dan seterusnya. Kita juga mempunyai para pejabat pemerintahan, manajer perusahaan, orang tua dan sebagainya yang bertindak sebagai pemimpin dalam bidang-bidang hidup itu.

Minggu Paskah IV sering kali disebut sebagai Minggu Gembala Yang Baik. Itu karena bacaan-bacaan pada hari Minggu tersebut berbicara tentang Gembala Yang baik, yaitu Yesus Kristus yang memberikan hidup-Nya untuk kita. Ia senantiasa siap memberikan seluruh hidup-Nya bagi domba-domba-Nya setiap hari. Suatu teladan pemimpin sejati: Gembala Yang Baik.

Injil kita hari ini memberikan kriteria seorang pemimpin yang sejati. Yang pertama adalah Dedikasi. Seorang pemimpin siap untuk memberikan hidupnya apapun yang terjadi. Tidak seperti banyak dari pemimpin kita di masa kini, yang banyak bermanis mulut – entah itu pemimpin politik, pejabat pemerintahan, kepala sekolah, atau bahkan pastor! Ada banyak pemimpin yang mengambil keuntungan untuk diri sendiri ketimbang berjuang untuk kesejahteraan orang-orang yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin yang berdedikasi harus mempunyai 2K2P:

  1. Kompetensi. Kompetensi seorang pemimpin tidak hanya menunjuk [ada keterampilan memimpin orang banya, tetapi ia harus punya kompetensi dengan Tuhan. Ia harus orang yang mengenal Tuhan dan mampu bertanggungjawab kepada Tuhan.
  2. Komitmen. Seorang yang komit mempunyai sikap murah hati, yaitu memberikan dirinya demi sesama. Ia mau dan mampu membagikan waktu, bakat-bakat dan kemampuanya, serta harta yang dimilikinya.
  3. Persembahan. Sebagai pemimpin ia dibersembahkan/dikhususkan untuk melayani Tuhan. Tujuan utama mengapa ia melayani umat/masyarakat sebab dengan itu ia melayani Tuhan.
  4. Pertobatan. Seorang pemimpin harus bertobat. Metanoia. Seorang pemimpin yang tidak punya visi dan citarasa misi, itulah yang disebut oleh Yesus, seorang upahan, pencuri dan perampok, yang tidak mempunyai perhatian terhadap domba-domba, melainkan mencari kepentingan diri sendiri.

Kriteria kedua dari seorang pemimpin adalah pengetahuan/pengenalan. Seorang pemimpin sejati mengetahui/mengenal orang-orangnya (Yoh 10: 3). Mengetahui/mengenal seperti yang disebut Kitab Suci lebih dari sekadar pengetahuan intelektual. Seorang pemimpin mengenal nama, pekerjaan, amisi, rencana, perasaan, ada bersama-sama dengan yang dipimpinnya, berjuang bersama-sama dengan mereka yang dipimpin. Berulang-ulang Bapa Suci menyebut para imam harus menjadi gembala yang “berbau domba”.

Sering kali keinginan-keinginan duniawi untuk mempunyai kuasa, mempunyai barang-barang duniawi dan mencari wibawa yang menjadi musuh dari “kepemimpinan yang sejati” yaitu “kepemimpinan yang melayani”. Hal itu sering terjadi dalam dunia politik, tetap tidak jarang terjadi juga dalam keluarga dan Gereja. Banyak orang tua yang gagal menjadi gembala yang baik karena mereka mencari kebanggaan mereka sendiri melalui anak-anak mereka. Mereka lebih menggunakan kekuasaan daripada memimpin. Mereka lebih mengutamakan rasa takut ketimbang kasih untuk menguasai rumah tangga mereka.

Para rohaniwan (imam) dan kaum religius dapat juga gagal menjadi pemimpin yang melayani. Bahkan tiak jarang sikap mereka (kami) lebih buruk dari “politikus” yang kita cela, karena kita menutupi ambisi dengan kedok kerendahan hati. Kita menyalahgunakan rasa hormat yang orang berikan untuk menyembunyikan kelakuan kita yang tidak dapat diterima oleh masyarakat umum. Tidak jarang karena “status” sebagai rohaniwan/biarawan/ biarawati lalu mendapat privelese, kekhususan, mendapat jalur-jalur jalan pintas yang sering kali juga tidak jujur/mengorbankan orang lain. Orang lain mengalah karena status sebagai rohaniwan/biarawan/biarawati.

Kepemimpinan sejati nampak dalam Kristus sendiri. Ia tidak mencari apa-apa. HidupNya nampak berakhir sebagai kegagalan total. Tetapi Ia memberikan Gereja kekuatan sampai akhir jaman.

Hari ini juga kita rayakan Hari Minggu Doa untuk Panggilan sedunia. Tema Minggu Panggilan kali ini adalah “Mataku melihat keselamatan Tuhan.” Maka kita berdoa, memojon agar dapat melihat rahmat Allah bagi kita. Kita berdoa bagi para imam, biarawan-biarawati, kaum religius agar tetap teguh dalam mengasihi Tuhan, menjadi saksi ilahi yang penuh sukacita. Kita berdoa pula bagi keluarga-keluarga agar terbuka dan rela memberikan putra-putrinya menanggapi panggilan Tuhan dalam imamaat dan hidup bakti dengan gembira.

Untuk orang-orang muda, beranilah menjawab panggilan Tuhan. Tokoh-tokoh dalam Kitab Suci, tokoh-tokoh Gereja, mereka dipanggil Tuhan ketika masih muda. Musa dipanggil Tuhan saat masih muda. Ruth, Daud, Maria, Santo Fransiskus Asisi, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang mendengar dan menanggapi panggilan saat mereka masih muda. Beranikah anda memberikan diri bagi Tuhan dan bagi pelayanan di mana saja dibutuhkan?

Kita semua dipanggil! Kita semua dipanggil untuk menjadi baik. Kita semua dipanggil dna diutus. Kita semua dipanggil kepada Hati-Nya dan kita semua dipanggil untuk kembali ke surga di akhir peziarahan kita. Jadi, jangan dingin-dingin saja!

Bacaan Misa hari ini: Kis. 2:14a,36-41Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,61Ptr. 2:20b-25Yoh. 10:1-10.

Author

Write A Comment