Sabda Hidup
Senin, 26 Oktober 2020, Senin Pekan Biasa XXX
Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah. Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat…..
(Luk 13: 10 – 14)
Suatu malam, di musim salju yang dingin, seorang pengembara tiba di sebuah kuil di sebuah biara Budha. Ia meminta kepada pengurus kuil agar diperkenankan untuk menumpang, mengingat di luar sedang terjadi badai salju. Pengurus kuil berkeras tidak mau menerimanya katanya: “Ini kuil, bukan penginapan!” katanya kepada pengembara itu dengan nada keras.
“Ijinkan saya hanya berlindung selama semalam. Saya berjanji, besok saya akan pergi,” kara pengembara itu.
Setelah tawar-menawar yang cukup alot, akhirnya pengembara itu diijinkan untuk tinggal selama semalam. “Tapi ingat,” kata pengurus kuil, “Hanya semalam. Besok anda harus sudah pergi dari sini!”
Maka, malam itu sang pengembara itu tinggal dalam kuil. Tetapi cuaca menjadi semakin dingin, dan pengembara itu merasa seperti mau mati. Di tengah malam yang semakin dingin itu tiba-tiba terdengar suara gemeretak dari sebuah perapian dalam kuil itu. Dan pengurus kuil melihat bahwa arca Budha yang terbuat dari kayu sudah tidak ada pada tempatnya.
Sambil melihat perapian yang menyala, pengurus kuil itu sangat marah kepada pengembara itu: “Apa yang telah kamu perbuat? Apakah anda sudah gila? Anda telah membakar Sang Budha!”
Pengembara itu duduk diam, sambil mengorek-ngorek perapian itu. Melihat hal itu pengurus kuil semakin marah dan bertanya: “Apa lagi yang sedang anda lakukan?”
Pengembara itu menjawab: “Mencari tulang-tulang Sang Budha yang anda katakan sudah saya bakar.”
Mendengar keributan yang terjadi, kepala biara datang ke kuil dan setelah mengetahui perkara itu ia menegur pengurus kuil itu dengan keras: “Anda memang seorang imam yang buruk! Anda lebih mementingkan patung Budha dari kayu daripada nyawa seorang manusia!”
Kepala rumah ibadat seperti dikisahkan dalam Injil hari ini, menegur keras orang yang sudah 18 tahun bongkok karena kerasukan roh jahat, dan disembuhkan oleh Yesus. “Kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat,” (Luk 13: 14)
Kepala rumah ibadat itu pun lebih mementingkan formalisme kaku aturan hari Sabat, daripada nyawa seorang manusia yang sudah 18 tahun menderita.
Apakah praktek hidup beragama saya berbanding lurus dengan belas kasih yang saya praktekkan dalam hidup?
Bacaan Misa hari ini: Ef. 4:32-5:8; Mzm. 1:1-2,3,4,6; Luk. 13:10-17.