Sabda Hidup
Minggu 19 Juni 2022, Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus Tahun C
Bacaan: Kej. 14:18-20; Mzm. 110:1,2,3,4; 1Kor. 11:23-26; Luk. 9:11b-17.
“Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang.”
(Luk 9: 16 – 17a)
Suatu hari, Mama Yakomina, kasih sebotol Coca-Cola kepada Obet. Dia bilang, “Obet, bagi rata eh deng ko pu adik Timo!” Obet jawab: “Iyo Mama!” Tetapi begitu dia terima botol Coca-Cola itu, dia minum sampai kandas habis, tidak ada sisa lagi.
Mama Yakomina marah: “Obet! Tad mama su bilang ko bagi rata dengan ko pu adik Timo baru…kenapa ko minum semua sampai habis?!!”
Obet jawab: “Mama, sa sebenarnya mo bagi deng adik Timo. Tapi susah, sa pu bagian ada di bagian bawah botol jadi……”
“Memang ko rakus!” sergah Mama Yakomina.
* * *
Tema Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus hari ini adalah tentang berbagi dan berbela-rasa (Lukas 9:11-17). Tapi tentu saja bukan cara berbagi seperti Obet tadi.
Hati Yesus “tergerak oleh belas kasihan” melihat orang banyak yang kelaparan namun tetap mengikuti-Nya. Alih-alih mengusir mereka, Dia melakukan mukjizat melipatgandakan lima roti dan dua ikan untuk memberi mereka makan.
Sebagian ahli Kitab Suci mengatakan bahwa mukjizat yang sebenarnya terjadi ketika orang-orang Yahudi, yang dikenal pelit, mengeluarkan perbekalan mereka dan membagikannya!
Belas kasih Kristus tidak hanya sekadar merasa kasihan pada orang lain, tetapi merupakan sebuah kepekaan yang mengalir ke dalam tindakan, sebuah sentimen yang selalu terungkap secara konkrit dalam tindakan pemberian diri.
Para murid juga kasihan pada orang banyak itu, tetapi mereka tidak berkomitmen untuk bertindak. Oleh karena itu, mereka hanya bisa mengeluh: “Suruhlah orang banyak itu pergi, supaya mereka pergi ke desa-desa dan kampung-kampung sekitar ini untuk mencari tempat penginapan dan makanan, karena di sini kita berada di tempat yang sunyi.” Tetapi Yesus menjawab: “Kamu harus memberi mereka makan!”
Pesan Injil jelas: Sebagaimana Kristus menunjukkan belas kasihan, kita juga harus demikian.
* * *
Alkisah ada dua bersaudara yang bersama-sama menggarap tanah warisan keluarga mereka. Yang satu sudah menikah dan memiliki keluarga besar. Yang lainnya masih lajang.
Ketika musim panen tiba, kedua saudara itu membagi hasil panen mereka sama rata. Semua mendapat bagian yang sama.
Kemudian suatu hari saudaranya yang lajang itu berkata pada dirinya sendiri, “Tidak benar bahwa kita harus membagi hasil panen dan keuntungan sama rata. Saya hanya sendirian dan kebutuhan saya sangat sedikit.” Maka setiap malam ia mengambil sekarung gandum dari gudangnya dan membawanya dengan diam-diam ke gudang saudaranya.
Sementara itu, saudaranya yang sudah menikah berkata pada dirinya sendiri, “Tidak benar bahwa kita harus membagi hasil panen dan keuntungan sama rata. Lagi pula, saya sudah menikah dan saya ada istri dan anak-anak yang akan menjaga dan memelihara saya di tahun-tahun mendatang. Kakakku tidak punya siapa-siapa, dan tidak ada yang mengurus masa depannya.” Jadi setiap malam dia mengambil sekarung gandum dan meletakkannya dalam gudang kakaknya.
Kedua saudara itu heran, karena bertahun-tahun persediaan gandum mereka tidak pernah berkurang. Kemudian terjadilah, pada suatu malam yang gelap, secara tak sengaja kedua bersaudara itu bertabrakan ketika masing-masing sedang memikul satu karung gandum untuk di bawa ke gudang saudaranya. Perlahan mereka menyadari apa yang terjadi. Mereka menjatuhkan karung mereka dan saling berpelukan.
* * *
Apakah Anda orang yang berbelas kasih? Ketika sesama yang kurang beruntung datang mengetuk pintu rumah Anda untuk meminta bantuan, apakah Anda berbelas-kasih atau menghindarinya? Apakah Anda mengulurkan tangan anda, memberikan waktu, harta atau bakat Anda, meskipun sedikit? Alih-alih terus-menerus mengkritik dan mencari kesalahan, bisakah Anda lebih mendukung, sehingga meringankan beban hidup sesama?
Pesan kedua Injil pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus ini menyampaikan bahwa mukjizat penggandaan roti dan ikan tidak hanya untuk memberi makan orang banyak yang lapar tetapi sebagai tanda yang menunjuk pada makanan yang lebih besar, EKARISTI. Ekaristi seperti yang diajarkan oleh Kristus bukan hanya roti rohani, tetapi benar-benar tubuh dan darah-Nya.
Dan selama berabad-abad, EKARISTI telah menjadi makanan rohani kita yang kita terima dalam Misa. Pertanyaannya adalah: Apakah kita sungguh-sungguh menghargai karunia ini dengan menerimanya dalam Misa Kudus dengan pantas? Apakah kita benar-benar percaya kata-kata Kristus: “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, akan memperoleh hidup yang kekal”?
Semoga Perayaan hari ini mengingatkan kita akan anugerah agung Tubuh dan Darah Kristus dan menghargainya dengan senantiasa menerimanya dalam Misa dengan pantas.
Kita juga diundang untuk hidup Ekaristis. Dalam Injil hari ini, setelah Yesus mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada orang banyak.
Mengambil, memberkati, memecah-mecahkan dan memberikan, merupakan tindakan inti terjadinya mujizat perbanyakan roti dan ikan. Demikian juga hidup kita akan menjadi tanda kelimpahan kasih karunia Allah, bila kita merelakannya menjadi seperti roti yang diambil Tuhan, diberkati, dipecah-pecah dan dibagikan bagi sesama. Itulah hidup Ekaristis!
“Pakailah hidupku ya Tuhan, gunakanlah untuk kemuliaan namaMu, dan tanda kasihMu bagi umatMu. Itulah bahagiaku, menjadi berkat di tanganMu.”