Sabda Hidup
Jumat, 9 April 2021, Jumat Oktaf Paskah
“Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: “Aku pergi menangkap ikan.” Kata mereka kepadanya: “Kami pergi juga dengan engkau.” Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka: “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” Jawab mereka: “Tidak ada.” Maka kata Yesus kepada mereka: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.” Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: “Itu Tuhan.”
(Yoh 21: 2 – 7)
Sering kali apa yang kita alami dalam kehidupan kita tidaklah pasti. Dunia kita sekarang ini, pasti bukanlah dunia yang seperti biasanya kita kenal pada tahun-tahun lalu.
Ada begitu banyak yang “terbolak-balik”. Dunia terbalik.
Kita terbiasa dengan kebersamaan, kumpul-kumpul, agar kita tetap berada dalam relasi yang baik dengan sesama. Sekarang kita harus menjaga jarak satu sama lain untuk kebaikan diri kita sendiri dan juga sesama.
Biasanya orang tua yang melarang anak-anak pergi keluar… “Eh jangan keluyuran….!”Sekarang anak-anak yang melarang orang tua untuk pergi ke luar rumah.
Dulu anak sekolah dilarang pakai HP. Sekarang semua sekolah lewat HP.
Ya, kita hidup dalam dunia yang berbeda.
Dalam Injil, para murid sedang bersama-sama sesudah kebangkitan Yesus. Mereka juga mengalami dunia yang berbeda. Setelah tiga tahun mereka hidup bersama Yesus, berbunga-bunga dengan harapan akan keselamatan, mereka mengalami dunia yang terbalik. Mereka mengalami degradasi rasa percaya mereka kepada Yesus. Mereka pernah berangan-angan bahwa Yesus sang Maestro akan menjadi raja mereka. Seorang Raja perkasa yang akan mengusir orang-orang Romawi dari Yudea dan Galilea. Tetapi harapan mereka tidak menjadi kenyataan. Yesus menjadi raja yang wafat tanpa busana di atas kayu salib. Pengalaman para rasul akan Yesus memang benar-benar menimbulkan krisis.
Setelah mengalami dunia yang berbeda, mereka ingin kembali ke dunia yang “biasa” mereka alami sebelumnya. Tujuh rasul yang dipimpin oleh Petrus juga meninggalkan Yerusalem kembali ke Galilea dan mau menjadi nelayan seperti semula. Untuk itu Petrus berkata, “Aku pergi menangkap ikan.” Teman-teman lainnya menjawab, “Kami pergi juga dengan engkau.” Semalam suntuk, mereka tidak menangkap apa-apa. Pada saat matahari hampir terbit, Yesus berdiri di pantai tetapi para murid tidak mengenalNya. Mereka mengenali-Nya kembali setelah Ia menyapa mereka, seperti dahulu pernah diperintahkan-Nya: “Anak-anakKu apakah kalian mempunyai ikan yang menjadi lauk-pauk?” Mereka jujur mengatakan tidak. Maka Yesus meneguhkan mereka dengan menyuruh mereka menebarkan jala di samping kanan dan mereka menangkap 153 ekor ikan tanpa merusak jalannya.
Sahabat, ketika kita mengalami frustrasi, ketika kita mengalami degradasi iman, ketika kita mengalami dunia terbalik, ketika kita kehilangan cinta kita dengan-Nya, perlulah kita kembali ke cinta pertama kita dengan-Nya. Seperti para rasul, kembali ke saat awal mereka dipanggil oleh Yesus dan dijadikan penjala manusia. Ada saat di mana kita perlu mengingat kembali cinta pertama kita dengan Tuhan agar kita tidak kehilangan hubungan yang vital dengan-Nya. Mohon rahmat agar kita tidak mudah menjadi lupa akan saat-saat Ia menyentuh hati kita.
Dengan peristiwa seputar sengsara dan wafat Yesus, mereka sepertinya tidak dapat menerima semua kejadian yang menimpa Yesus. Itu sebabnya mereka memutuskan untuk kembali kepada pekerjaan mereka sebagai nelayan. Namun demikian mereka lupa bahwa Yesus sendiri berjanji untuk menyertai mereka hingga akhir zaman. Ketika mereka menyendiri, tanpa Yesus, dalam keadaan gelap, mereka tidak menghasilkan apa-apa. Ketika Yesus hadir mereka berhasil menangkap banyak ikan.
Tanpa Yesus, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Ketika kita menyendiri, terpisah dari-Nya, kita kehilangan makna. Dengarkan sekali lagi Ia memanggil kita. Dia menguatkan kita dengan memberi kita “sarapan” sabda dan Ekaristi, cara istimewa untuk senanitasa menyertai kita.
Bacaan Misa hari ini: Kis. 4:1-12; Mzm. 118:1-2,4,22-24,25-27a; Yoh. 21:1-14.