Sabda Hidup
Selasa, 5 Juli 2022, Selasa Pekan Biasa XIV
Bacaan: Hos. 8:4-7,11-13; Mzm. 115:3-4,5-6,7ab-8,9-10; Mat. 9:32-38.
“Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”
(Mat 9: 36)
Sebagai pengikut Kristus, penderitaan umat manusia tidak dapat kita lewatkan begitu saja. Kita, terutama harus prihatin terhadap mereka yang jauh dari Tuhan. Mereka tidak benar-benar “buruk”; mereka hanya tersesat dan kehilangan arah.
Dalam Injil hari ini Yesus menyatakan keprihatinan-Nya terhadap orang banyak yang mengikuti-Nya. “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala,” (Mat 9: 36). Ia melihat mereka seperti domba yang tidak bergembala karena mereka tak berdaya, menderita dan ditinggalkan. Sebenarnya orang-orang itu mempunyai pemimpin yaitu para imam dan para tetua Yahudi, para Farisi dan Saduki, para ahli taurat dan para pemimpin rumah ibadat. Akan tetapi para pemimpin itu tidak terbukti sebagai gembala mereka, mereka lebih banyak mencari kepentingan diri mereka sendiri, ketimbang kesejahteraan umatnya.
Bukankah ini sering terjadi juga di masa sekarang? Dalam beberapa kesempatan Paus Fransiskus berbicara tentang gembala yang berbau domba. Dalam misa krisma 28 Maret 2013, Paus Fransiskus mengatakan: “Para imam “yang tidak keluar dari diri mereka sendiri” dengan menjadi pengantara antara Tuhan dan manusia dapat “secara bertahap menjadi manajer saja.” “Ini adalah yang saya minta,” katanya dengan penekanan, “Jadilah gembala dengan bau domba,” sehingga orang dapat merasakan imam sebagai penjala manusia.”
Hal yang sama juga ditegaskan dalam Ekshortasi Evangelii Gaudium no. 24. “Kristus adalah Gembala yang Baik tetapi Dia tidak ingin bekerja sendiri. Dia ingin keterlibatan kita. Dia ingin kita membantu Dia membawa domba-domba-Nya ke kerajaan-Nya. Kita semua dipanggil untuk mengumpulkan mereka yang menginginkan hubungan lebih dalam dengan Tuhan. Bukan hanya sebagai pribadi-pribadi, tetapi juga sebagai komunitas. Sebuah komunitas yang mewartakan Injil terlibat dengan kata dan perbuatan dalam hidup sehari-hari; komunitas ini menjembatani jarak, mau menghambakan diri…. serta merangkul hidup manusia, dengan menyentuh kemanusiaan Kristus yang menderita dalam diri sesamanya.”
Siapkah anda melibatkan diri? “Many think the opposite of love is hate, but the opposite of love is really indifference. Banyak yang berpikir bahwa lawan dari cinta adalah kebencian, tetapi lawan dari cinta sesungguhnya adalah ketidakpedulian,” kata Ibu Teresa.
Mari melibatkan diri.