Remah Harian

Domba Hilang

Pinterest LinkedIn Tumblr

Suatu ketika, hiduplah seorang rahib di dekat sebuah sungai. Persis di seberang jalan, seorang perempuan tinggal sendirian di rumahnya. Rahib itu memperhatikan bahwa setiap hari banyak laki-laki mengunjungi perempuan itu. Maka rahib itu memutuskan untuk berbicara kepada perempuan itu.

Suatu hari, rahib itu bertemu dengannya dan berkata: “Engkau adalah seorang pendosa besar! Tidak tahukah engkau bahwa engkau sangat menghina Tuhan? Tidak pernahkah engkau berpikir apa yang terjadi setelah engkau mati?”

Perempuan malang itu sangat terpukul oleh kata-kata rahib itu. Ia sangat menyesal atas segala perbuatannya dan berdoa kepada Tuhan: “Tuhan, hidup saya sangat buruk. Ampunilah dosa-dosaku dan bantulah aku agar dapat menemukan cara lain untuk membiayai hidup saya.”

Hari-hari berlalu, tetapi perempuan itu tidak mendapatkan pekerjaan lain untuk hidupnya dan jatuh kembali ke dalam pelacuran. Ketika rahib itu kembali melihat laki-laki keluar masuk di rumah perempuan itu, ia merasa sangat jengkel, karena tegurannya tidak mempunyai hasil apapun.

Maka rahib itu berkata dalam hati: “Mulai sekarang, saya akan menghitung berapa laki-laki hidung belang yang masuk ke rumahnya, sampai dia mati.” Jadi mulai saat itu, ia selalu mengintai rumah perempuan itu, dan setiap kali seorang laki-laki masuk ke rumah itu, ia menaruh sebuah batu. Di samping itu, setiap kali seorang laki-laki masuk rumahnya, perempuan itu berdoa mohon pengampunan.

Setelah beberapa waktu, rahib itu bertemu kembali dengan perempuan itu. Ia memanggil perempuan itu dan menunjuk pada tumpukan batu yang amat tinggi: “Lihat, tumpukan batu itu? Setiap butir batu mewakili dosa berat yang kau perbuat. Saya katakan sekali lagi, jangan berdosa lagi!”

Perempuan itu gemetar melihat tumpukan batu yang tinggi itu. Ia pulang ke rumah dan berdoa kepada Tuhan: “Oh Tuhan, kapankah Engkau akan membebaskan aku dari hidupku yang sangat buruk ini?”

Tuhan mendengarkan doanya. Maka pada malam harinya, perempuan itu meninggal. Pada saat yang sama, rahib di seberang jalan itu juga meninggal. Jiwa perempuan itu langsung naik ke surga sedangkan jiwa rahib itu dikirim ke neraka.

Mengalami hal itu, rahib itu berseru: “Tuhan, inikah keadilan-Mu? Saya menghabiskan hidup saya dalam kemiskinan dan doa tetapi saya masuk neraka, sedangkan perempuan yang berdosa sepanjang hidupnya engkau angkat ke surga?”

Tuhan menjawab: “Aku selalu berlaku adil. Engkau berpikir bahwa engkau mengabdi-Ku dengan mengadili sesama. Karena itu engkau memenuhi hatimu dengan kecemaran dosa sesama. Dosa perempuan itu diampuni karena ia bertobat dengan tulus dan sungguh-sungguh, sedangkan engkau membebani jiwamu dengan tumpukan batu yang terlalu berat untuk diangkat.

“Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.” (Mat 18: 14).

Setiap kali kita menjadi domba yang hilang, kita punya pengharapan karena Allah amat peduli terhadap kita masing-masing sehingga tiada henti mencari kita. Dan ketika Ia menemukan kita, Hati-Nya penuh dengan suka-cita. Yang diperlukan dari pihak kita dalah pertobatan yang tulus dan sungguh-sungguh.

Di lain pihak, sering kali dengan dalih “mencari” domba yang hilang kita jatuh dalam sikap mengadili. Tuhan, dengan cinta dan kerahiman-Nya yang berlimpah ruah, dengan gembira memanggul pulang domba yang hilang itu, apa hak kita untuk mengadili?

Bacaan hari ini: Yes. 40:1-11Mzm. 96:1-2,3,10ac,11-12,13Mat. 18:12-14.

Author

Write A Comment