Sabda Hidup
Jumat, 21 Mei 2021, Jumat Pekan Paskah VII
“Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
(Yoh 21: 15)
“Apakah engkau mengasihi Aku?” Saat yang telah diantisipasi oleh Yesus sejak kebangkitan-Nya telah tiba. Yesus berdua saja dengan Petrus. Perjumpaan terakhir sebelum wafat-Nya adalah saat yang menyedihkan dan memalukan bagi Petrus, ketika Yesus memandang Petrus, namun mengampuninya setelah tiga kali Petrus menyangkalNya. Sekarang Ia membawa Petrus agak menyediri dari yang lain dan memberinya kesempatan untuk meneguhkan tiga kali janji cintanya. Syarat utama bagi Kristus untuk membaharui perutusan untuk menggembalakan domba-domba-Nya adalah kasih Petrus kepada Gurunya. Kasih adalah syarat tertinggi dan utama bagi kita masing-masing yang hendak menjadi murid-Nya. Kasih Petrus telah dimurnikan dengan penyangkalannya pada saat sengsara Kristus. Petrus menyadari kelemahan dan kerendahannya. Sekarang ia mempercayakan segalanya – bahkan juga kasihnya dalam tangan-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” Ia mengasihi Gurunya, tetapi tidak mengandalkan kekuatannya sendiri. Apakah kegagalanku memampukan aku untuk lebih mempercayakan diri kepada-Nya untuk mengasihi-Nya?
Tuhan, dengan kasih-Nya yang abadi tak pernah menyerah terhadap sahabat-sahabat-Nya. Mungkin Simon merasa malu, merasa diingatkan akan penyangkalannya, tetapi juga tertantang. Ia bangkit dari kejatuhannya, dan tiga kali pula menegaskan janjinya: “Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Dan Yesus memberinya tugas: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
Petrus menyadari, ia belum mampu mengasihi Yesus dengan cinta pengorbanan diri. Tuhan pun tahu akan kelemahan Petrus. Masih diperlukan perjuangan bertahun-tahun, dengan jatuh bangun hingga Petrus mampu membuktikan kasih pengorbanan untuk Gurunya, ketika dia menyerahkan hidupnya bagi Kristus di kayu salib. Bahkan Ia merasa tak pantas disalibkan sama seperti Gurunya, sehingga ia minta disalibkan secara terbalik, dengan kepala di bawah.
Sahabat-sahabat ketika kita gagal mengasihi Tuhan dan sesama, Tuhan tak pernah menyerah. Dia mengerti kelemahan kita. Sambil memandang pada yang kita cita-citakan, kita berjuang dengan bantuan anugerah Allah untuk mencapainya. Kita mungkin tidak perlu membuktikan kasih kita kepada-Nya dengan mati di salib seperti Petrus, tetapi kita dapat melakukannya dengan memikul salib-salib kecil kita setiap hari dan melayani Dia dengan kasih kepada sesama, khususnya saudara-saudara kita yang terpinggirkan di sekitar kita.
Bacaan Hari ini: Kis. 25:13-21; Mzm. 103:1-2,11-12,19-20ab; Yoh. 21:15-19.