Sabda Hidup
Senin, 1 Nopember 2021, Hari Raya Semua Orang Kudus
Bacaan: Why. 7:2-4,9-14; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; 1Yoh. 3:1-3; Mat. 5:1-12a.
“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.”
(Mat 5: 3 – 12).
Hari ini kita rayakan Hari Raya Semua Orang Kudus. Pada abad pertengahan, di Inggris, pesta ini dikenal dengan All Hallows’ Day [hallow = menyucikan, mempersucikan]. Itulah sebabnya vigili menjelang Hari Raya Semua Orang Kudus dikenal di berbagai tempat sebagai “Halloween”.
Barangkali kita bertanya, siapakah orang-orang kudus itu? Siapa yang kita rayakan hari ini? Apa orang-orang kudus, hanya menunjuk pada mereka yang ketika hidup di dunia ini, menghidupi iman kristiani secara luar biasa, menjadi saksi Kristus dan Injilnya, dan kini, setelah kematian mereka, hidup di hadapan Allah di surga? Jadi, seorang kudus harus orang yang sudah mati? Tetapi sejarah Gereja tidak berkata demikian.
Sesudah wafat Yesus, orang-orang Yahudi menyembut para pengikut Yesus dengan cemoohan “orang-orang Galilea” “Nasrani” [pengikut orang Nasareth], dan “Kristen” [pengikut Kristus]. Itu menunjuk pada kelompok pengikut orang Galilea yang mati di salib, dihukum mati oleh para pemimpin agama.
Tetapi para pengikut Yesus sendiri merekatidak menyebut diri sendiri Kristen; mereka saling menyebut “saudara-saudara”, “orang-orang percaya”, “murid-murid Tuhan”, “mereka yang mengikuti jalan”, yang mengikuti jalan yang ditempuh oleh Yesus dari Nasareth. Bahkan mereka menyebut diri mereka “orang-orang kudus”. Itulah sebabnya ketika Paulus menulis surat-suratnya, ia mengalamatkan surat-suratnya “kepada orang-orang kudus”, kepada orang-orang kudus di Filipi, kepada orang-orang kudus di Kolose, kepada orang-orang kudus di Roma. Tentu ia tidak menulis surat kepada orang-orang kudus di surga tetapi kepada orang-orang yang hidup di Efesus, Korintus, Roma, dst.
Itulah orang-orang kudus. Kita perlu mengungkap kembali sebutan itu untuk menyadari apa artinya menjadi bagian dari komunitas yang dipanggil untuk menjadi kudus. Seorang Kudus, oleh sebab itu, adalah seorang yang menyambut dan komit terhadap kehidupan yang ditawarkan oleh Yesus dari Nasareth. Pada Hari Raya Semua Orang Kudus, kita bersatu, bukan hanya dengan para kudus yang tertera pada kalender liturgi, tetapi juga dengan orang-orang kudus di sekitar kita – saudara-saudara, kenalan, sahabat-sahabat. Ini adalah hari raya untuk kita semua, suatu saat yang kudus untuk menumbuhkan iman dan harapan kita.
Injil hari ini berkata, berbahagialah orang yang miskin, sedangkan dunia berkata, berbahagialah yang kaya. Injil berkata, berbahagialah orang yang lemah lembut, sedangkan dunia berkata berbahagialah yang “wow…”. Yesus mengatakan bahwa mereka yang murni hatinya berbahagia, berlawanan dengan dunia yang berusaha menarik kita untuk mencari kesenangan dan kenyamanan.
Dalam homilinya pada Hari Raya Semua Orang Kudus tahun lalu, Paus Fransiskus mengajak kita orang beriman untuk mengejar keutamaan-keutamaan Injil, walau berlawanan dengan jalan dunia, dan dengan demikian kita bersaksi tentang pengharapan Kristiani.
Hari Raya hari ini mengingatkan kita akan panggilan kita menuju kekudusan. St. Perawan Maria disebut Ratu Para Kudus, dan bunda kita mengajarkan kita semua bagaimana mengikuti Puteranya, Yesus. Semoga bunda kita membantu kita untuk memupuk keinginan dan cita-cita untuk menjadi kudus, menapaki jalan SABDA BAHAGIA.