Remah Harian

DICARI: YOHANES-YOHANES MASA KINI

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Jumat, 4 Februari 2022, Jumat Pekan Biasa IV
Bacaan: Sir. 47:2-11Mzm. 18:31,47,50,51Mrk. 6:14-29.

“Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. Karena Yohanes pernah menegor Herodes: “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!”

(Mrk 6: 17 – 18).

Injil hari ini menyajikan kontras antara dua macam kepribadian. St. Markus nampaknya memang membandingkan dua pribadi tersebut. Yang pertama, St. Yohanes Pembaptis, seorang pribadi yang kuat, pantas dikagumi dan dapat dipercaya. Ia tidak takut mengatakan kebenaran. Ia berbicara jujur, tegas dan berani, tidak takut pada konsekuensi yang ditanggung karena bertindak secara benar. Sesungguhnya, Ia dipenggal kepalanya karena tidak takut mengatakan kebenaran bahwa Herodes hidup atas cara tak bermoral. Ia dengan tegas mengatakan kepada Herodes: “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!”

Yang kedua, adalah Herodes, seorang pribadi yang lemah, tak punya pendirian dan tidak berani bertindak secara benar. Reaksinya terhadap orang dan peristiwa menunjukkan bahwa mempunyai pribadi yang tidak stabil dan tidak pasti. Ketika St. Yohanes mengkritiknya karena hidup secara amoral, ia marah. Tetapi ketika ia bertemu dengan Yohanes di penjara ia takut karena Yohanes adalah seorang yang benar dan suci.

Di masa kini, ada begitu banyak Herodes-Herodes di sekeliling kita, termasuk kita sendiri. Tak jarang kita bersikap kompromistis. Kita tahu bahwa sebagai seorang Kristen kita harus berpegang pada Kristus dan warta Injil-Nya. Namun tak jarang kita takut akan harga yang harus kita bayar ketika kita mengatakan kebenaran. Kita takut kehilangan teman, kita takut kehilangan pendapatan, kita takut kehilangan relasi, jika kita berdiri teguh mempertahankan nilai-nilai Injili.

Beranikah kita menjadi martir seperti St. Yohanes? Beranikah kita menderita dan kehilangan sedikit kenyamanan kita demi kebenaran? Perlukah kita mempertahankan relasi, pertemanan, persahabatan jika menjerumuskan kita pada dosa? Layakkah kita mendapatkan keuntungan materi atas cara-cara yang tak bermoral?

Dibutuhkan Yohanes-Yohanes masa kini yang berani memperjuangkan kebenaran dan keadilan!

Author

Write A Comment