Remah Harian

DI MANA YANG SEMBILAN?

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Rabu, 10 November 2021, Rabu Pekan Biasa XXXII, Peringatan St. Leo Agung
Bacaan: Keb. 6:1-11; Mzm. 82:3-4,6-7; Luk. 17:11-19.

“Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?”

(Luk 17: 17 – 18)

Yesus sedang berada di perbatasan antara Galilea dan Samaria ketika sepuluh orang kusta datang menemui Dia. Mereka adalah orang-orang Yahudi dan seorang Samaria. Dengan menggambarkan penyembuhan sepuluh orang kusta ini dari penyakit yang secara fisik merusak dan secara sosial menjauhkan mereka dari sesama, perikope Injil hari ini menampilkan Tuhan yang menghendaki rasa terima kasih dari kita, atas begitu banyak berkat yang telah kita terima, dan Ia pun terluka karena sikap tidak tahu terima kasih kita.

Injil menceriterakan bahwa seorang dari orang-orang kusta itu, dan justru seorang Samaria, seorang kafir, yang datang berterima kasih kepada Yesus atas kesembuhannya. Kesembilan orang yang lain, orang-orang Yahudi, mungkin merasa bahwa kesembuhan itu adalah hak mereka sebagai umat terpilih. Mungkin mereka tidak merasa berhutang sama sekali terhadap Yesus atas kebaikan yang telah mereka terima. Malahan, mereka bergegas mendapatkan pengakuan resmi dari para imam atas kesembuhan mereka. “Di manakah yang sembilan orang itu?” tanya Yesus. “Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?”

Kita harus belajar untuk tahu berterima kasih kepada Allah dan sesama. Sering kali kita tidak tahu berterimakasih kepada Allah. Meskipun kita menerima begitu banyak dari-Nya, kita sering menganggapnya biasa saja, semuanya taken for granted. Sering kali kita tidak berterima kasih kepada orang tua kita. Tidak jarang kita merasa bahwa kehadiran mereka mengganggu, meskipun di masa lalu kita tergantung kepada mereka dalam segala hal. Kita juga sering lupa berterima kasih kepada sahabat-sahabat kita, guru-guru kita, mereka yang memperkenalkan kita kepada Kristus, mereka yang berperan penting dalam hidup kita. Semoga ke depan, setiap saat kita dipenuhi dengan syukur dan terima kasih kepada Tuhan dan sesama, atas karunia yang tak terhitung yang telah kita terima. “Tuhan, sembuhkan hatiku yang tak tahu berterimakasih.”

Gratitude is not only the greatest of virtues but the parent of all others. Syukur bukan hanya kebajikan terbesar, tetapi juga induk dari semua yang lain.” – Marcus Tullius Cicero

Author

Write A Comment