Sabda Hidup
Minggu 16 Mei 2021, Minggu Paskah VII, Hari Minggu Komunikasi Sedunia
“Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita….. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat….. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.”
(Yoh 17: 11. 15. 17)
Yesus dalam hidup dan karya-Nya selalu berdoa. Perikope Injil hari ini menceriterakan perjumpaan-Nya dalam perjamuan malam terakhir bersama para murid dimana Ia juga berdoa. Ia berdoa bagi murid-murid-Nya.
Dalam doa-Nya bagi murid-murid-Nya, juga bagi kita semua, Yesus menyebut tiga permohonan yang sangat kita butuhkan dan harus kita hayati serta laksanakan.
Pertama, Yesus berdoa supaya kita, murid-murid-Nya, bersatu. “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita,” (Yoh 17: 11). Kita semua diciptakan oleh Allah yang satu. Dan berkat baptis kita semua adalah putera-puteri Allah yang satu. Allah sendiri adalah tiga pribadi: Bapa, Putera dan Roh Kudus, namun Bapa, Putera dan Roh Kudus tetapi tetap satu. Maka kita semua juga harus bersatu. Allah Bapa, yang adalah kasih, mengutus Kristus dan Roh-Nya untuk mempersatukan semua manusia. Yesus dan Roh-Nya membongkar tembok-tembok pemisah antar bangsa, antar suku, antar sesama bahkan dalam keluarga. Gereja, yaitu kita semua, dimaksudkan oleh Yesus sebagai tanda dan sarana perdamaian dan kerukunan. Gereja harus menjadi sakramen persatuan dan perdamaian. Dapatkah Gereja kita disebut otentik, sungguh sebagai persekutuan murid-murid Yesus, apabila di dalam Gereja itu warga-warganya saling bermusuhan, terpecah belah dan hidup penuh kebencian dan dendam? Yesus berdoa, agar kita selalu bersatu.Tetapi bagi kita bukan hanya berarti, bahwa kita harus bersatu dengan orang-orang seiman atau seagama saja, tetapi dengan setiap orang, siapapun juga. Yaitu setiap orang yang berkehendak baik.
Kedua, Yesus tidak meminta Bapa mengambil para murid dari dunia: “Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka, dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat”.
Kita sebagai murid-murid Kristus, tidak diminta Tuhan supaya mengundurkan diri dari dunia, dan memasuki suatu kelompok atau golongan tertutup, sebagai kelompok eksklusif dan tertutup terhadap orang-orang lain. Yesus justru mengutus kita ke tengah-tengah dunia, sama seperti Ia sendiri yang diutus Bapa bukan hanya untuk orang Yahudi. Yesus tidak mau menarik murid-murid-Nya dari dunia, sebaliknya mau menyiapkan dan memperkuat mereka, untuk diutus pergi dan memasuki dunia masyarakat untuk menghadirkan keselamatan yang diberikan oleh Tuhan kepada dunia yang membutuhkannya.
Artinya, di tengah segenap kesibukan dan aneka urusan di dunia, perlulah kita sadar untuk bersikap, berpikir dan berbuat sebagai orang kristiani: menjauhkan diri dari yang jahat, dan hidup sesuai dengan pedoman hidup yang telah diberikan Yesus. Ia sendirilah teladannya! Dunia memang tempat di mana murid-murid Yesus harus hidup. Semua murid Yesus hidup di dunia ini, dengan segalanya yang baik maupun yang jahat, Yesus berdoa agar segenap pengikut-Nya dijauhkan dari yang jahat. Yesus mengajarkan doa permohonan itu juga dalam doa Bapa Kami: “Bebaskanlah kami dari yang jahat”.
Ketiga, Yesus berdoa agar Bapa menguduskan para murid: “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran….Dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran”. Dikuduskan berarti ditujukan untuk melaksanakan suatu tugas yang direncanakan Tuhan bagi kita masing-masing. Namun dikuduskan juga berarti diberi atau dilengkapi oleh Tuhan dengan rahmat dan kekuatan yang dibutuhkan, untuk melaksanakan apa yang dipercayakan kepada kita masing-masing.
Kita semua dan masing-masing dipanggil dan dikuduskan oleh Allah, untuk mengambil bagian dalam karya Kristus. Kita diutus ke dalam dunia untuk menjadi saksi Kristus. Artinya kita harus memperkenalkan Kristus dan cara hidup-Nya melalui cara hidup kita masing-masing maupun bersama-sama. Kristus adalah saksi Allah, padahal Allah adalah kasih. Kasih inilah yang disebut kekudusan yang sejati. Agar menjadi kudus, yaitu berhubungan erat dengan Allah, maka kita dipanggil menjadi duta kasih Allah bagi sesama.
Hari Minggu ini adalah Hari Komunikasi Sosial Sedunia. Tema Hari Minggu Komunikasi Sosial Sedunia tahun 2021 ini adalah: DATANG DAN LIHATLAH! (Yoh 1: 46). Dengan tema itu kita diajak untuk berkomunikasi dengan menjumpai orang lain apa adanya. Pesan itu dimaksudkan untuk menjadi inspirasi bagi semua bentuk komunikasi yang ingin dibangun dengan semakin jelas dan jujur. Dengan ‘datang dan melihat’ kita melawan arus narasi tendensius yang kurang mampu menangkap kebenaran dan memahami kehidupan konkret banyak orang, apalagi memahami fenomena sosial di tingkat akar rumput. Dengan datang dan melihat kita mengenal realitas bahkan pada tingkat yang paling sederhana. Untuk memahami kita perlu bertemu dan membiarkan orang/realitas di hadapan saya berbicara memberikan kesaksiannya.
Dalam komunikasi tidak ada yang dengan sepenuhnya menggantikan “datang dan melihat” secara pribadi. Kita berkomunikasi tidak hanya dengan kata-kata tetapi juga dengan mata, dengan nada suara tetapi juga dengan gerakan-gerakan. Tantangan bagi kita adalah berkomunikasi dengan menjumpai orang-orang di manapun mereka berada dan sebagaimana adanya.
Dengan “datang dan melihat”, menjumpai sesama dalam kesejatian, semoga kita dapat membangun kesatuan, melaksanakan perutusan kita di dunia untuk mewartakan Injil dan memperjuangkan kebenaran.
Bacaan hari ini: Kis. 1:15-17,20a,20c-26; Mzm. 103:1-2,11-12,19-20ab; 1Yoh. 4:11-16; Yoh. 17:11b-19.