Sabda Hidup
Rabu 9 Februari 2022, Rabu Pekan Biasa V
Bacaan: 1Raj. 10:1-10; Mzm. 37:5-6,30-31,39-40; Mrk. 7:14-23
“Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.”
(Mrk 7: 20 – 22)
Sering kali dalam hidup kita, kita lebih memperhatikan yang luaran ketimbang yang di dalam. Kita sering terlalu khawatir tentang bagaimana orang lain memandang dan menilai kita, bagaimana penampilan kita, apa kata orang, dst. Injil hari ini menunjuk apa yang dikatakan oleh para Farisi bahwa makan makanan tertentu menajiskan seseorang (bdk. Im: 11; Ul 14: 1 – 21). Yesus sebaliknya menunjuk pada hati kita: apa yang keluar dari hatilah yang menajiskan. Apa yang ada dalam hati kita? Dan apa yang keluar dari hati kita?
Meskipun perikope Injil hari ini berbicara tentang makanan yang menajiskan, namun lebih jauh dari itu, Injil juga berbicara tentang kecenderungan untuk melaksanakan hukum Allah secara luaran saja. Dengan demikian, Yesus juga mengkritik kecenderungan para Farisi yang terlalu memperhatikan bagaimana penampilan luaran mereka, bagaimana mereka dipandang oleh orang lain. Praktek hidup beragama dan pelaksanaan hukum secara luaran menunjukkan bahwa mereka terlalu memperhatikan apa yang orang lain pikirkan dan katakan tentang mereka. Mereka berusaha “nampak” kudus. Mereka ingin terlihat tanpa cela sedikitpun. Tetapi itu hanya penampilan luaran, bukan sesungguhnya.
Karena itu Yesus menunjuk pada apa yang di dalam. Allah melihat apa yang ada dalam hati. Apa yang ada dalam hati kitalah yang dapat merusak tetapi juga dapat mendorong kita untuk berbuat baik.
Renungkan hari ini, apa yang ada dalam hati anda dan apa motivasi anda. Mengapa anda melakukan apa yang anda buat dan mengapa anda memutuskan untuk melakukan itu? Apakah itu keluar dari hati yang tulus dan jujur? Atau pilihan-pilihan itu lebih berdasarkan pada apa kata orang, apa pandangan orang lain, supaya nampak baik, supaya dinilai baik?
Semoga hati dan budi kita dipenuhi oleh cinta, belas kasih, bela rasa dan pengampunan. Dan semoga tindakan-tindakan kita datang dari hati yang tulus dan murni, di mana Allah sendiri bertahta.