Sabda Hidup
Selasa, 12 Mei 2020, Selasa dalam Pekan Paskah V
“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu,” (Yoh 14: 27).
Damai, dalam bahasa Ibrani shalom, berarti “damai”, “perdamaian” atau “ketenangan”. Shalom juga dipakai untuk memberi salam, sebagai ganti “Hi,” atau “Hallo”. Yang mau diungkapkan adalah harmoni, utuh, dan kesatuan dengan Allah. “TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera,” (Bil 6: 26). Dengan demikian Shalom mempunyai makna eskatologis dan mesianis (Yes 9: 6), dan mempunyai makna yang sama dengan “keselamatan”. Itu adalah ketenangan (tranqulity) diberikan oleh Kristus, yang tidak seperti yang diberikan dunia. “Karena Dia sendirilah damai sejahtera kita,” (Efesus 2: 14).
Suatu ketika, seorang reporter mendengar bahwa di Yerusalem ada seorang Yahudi yang sudah tua, yang pergi berdoa di tembok ratapan 2 kali sehari. Itu sudah dijalankannya bertahun-tahun lamanya. Maka reporter itu mencari orang tersebut. Maka dicarinya orang itu, dan setelah bertemu, ia melihat orang itu berdoa. Sesudah 45 menit ia berdoa, orang itu hendak pergi. Maka reporter itu mengejarnya untuk mewawancarainya. “Saya Rachel Mier dari CNN. Berapa lama anda telah melakukan hal ini? Datang ke tembok ratapan dan berdoa?” “Kurang lebih sudah 60 tahun saya lakukan itu,” kata orang itu. “Wow…60 tahun! Itu luar biasa! Apa saja yang anda doakan?” tanya reporter itu. Oran tua itu menjawab, “Saya berdoa agar tercipta damai antara orang-orang Yahudi, Muslim dan Kristen. Saya berdoa agar semua berhenti saling membenci dan berdoa agar anak-anak dapat bertumbuh dalam persahahabatan dan damai.” Kemudian reporter itu bertanya, “Apa yang anda rasakan ketika anda melakukan hal itu untuk 60 tahun?” Ia menjawab, “Saya merasa bahwa saya sedang berbicara dengan dinding batu.”
Sungguh, hanya dalam Kristus damai yang sejati dicapai. Damai bukan berarti tiadanya konflik. Tetapi tanpa Kristus dalam hidup kita selalu berbarti tidak ada damai. Kristuslah damai kita.
Memang panada bukan lalampa,
Bolu kukus bukanlah cucur.
Walau corona masih merajalela,
bersama Yesus tetaplah bersyukur.
Bacaan Misa hari ini: Kis. 14:19-28; Mzm. 145:10-11,12-13ab,21; Yoh. 14:27-31a.