Sabda Hidup
Rabu, 12 Agustus 2020
“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah….. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.”
(Mat 18: 15)
Dalam interaksi sosial dalam kehidupan bersama kita, saling menegur dan saling mengingatkan adalah hal yang baik.
Ada berapa poin dapat kita renungkan dari Injil hari ini.
A). Seorang Kristen tidak dapat “jujur secara buta”. Di masa sekarang ini ketika media biasanya sangat agresif mengejar isu-isu menarik untuk kejar tayang, dan kadang-kadang menggunakan alasan klise “demi kebenaran”, ada kecenderungan untuk mengorbankan privasi dan nama baik. Ada kecenderungan untuk mengagungkan “kejujuran buta” tentang isu-isu tertentu dan menganggapnya sebagai suatu keutamaan. Apa yang dikatakan Injil hari ini jelas: walau dalam waktu dan situasi yang paling burukpun, ketika seseorang jatuh ke titik nadir kehidupan moral dan rohani, koreksi pertama-tama harus dilakukan atas cara pribadi, “secara empat mata”, kata Injil. Hal ini untuk mencegah tersebarnya secara publik hal-hal pribadi, dan menghindarkan kita dari luka-luka yang tak perlu, yang dapat kita timbulkan. Dengan itu, jalan pertobatan dan rekonsiliasi akan menjadi lebih mudah.
B). Lebih dari sekadar koreksi persaudaraan, hal yang penting dalam tindakan kita saling menegur dan mengoreksi adalah kasih yang otentik. Pertimbangan yang lebih dalam dari ajaran Yesus menyadarkan kita bahwa Yesus tidak sekadar berbicara tentang mengoreksi orang yang salah. Yesus sedang berbicara tentang kasih dan perhatian yang sejati. Perhatian dan kasih yang sejati tak membiarkan kita diam dan acuh tak acuh terhadap orang-orang yang jatuh karena kelemahan mereka. Diam dan menolak untuk terlibat bukanlah pilihan yang tepat, tetapi sikap itu dapat diperhitungkan sebagai “dosa kelalaian”. Ini membuka mata kita yang hidup di dalam masayarakat di mana budaya rikuh pekewuh, malu hati dan individualisme sangat kuat. Yeh 33: 7 – 9 mengatakan: “Dan engkau anak manusia….. Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Hai orang jahat, engkau pasti mati! –dan engkau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu. Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu supaya ia bertobat dari hidupnya, tetapi ia tidak mau bertobat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.”
C). Di atas segalanya, kehadiran Tuhan di tengah kita menjadi yang utama. Perikope Injil hari ini beberapa kjali mengatakan “dua atau tiga orang”. Yesus mengajarkan, jika seorang saudara yang berbuat kesalahan dan tidak dapat dikoreksi dengan pembicaraan empat mata, saudara yang prihatin akan hal itu dan hendak menegurnya dianjurkan untuk mengundang dua atau tiga orang saksi untuk membantunya berbicara dengan saudara yang bersalah. Lebih lanjut Yesus berkata, “Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga,” dan jika dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, Ia ada di tengah-tengah mereka. Dalam apa saja yang kita buat, hendaknya kita sadar bahwa kita ada “dalam kehadiran-Nya.” Pun dalam usaha kita menegur saudara kita, undang Tuhan untuk hadir. Tegurlah saudara-saudari yang berbuat kesalahan, tetapi jangan lupa doakan mereka. Berbicara dari hati ke hati itu penting, namun pertama-tama yang mengubah hati orang adalah rahmat Tuhan. Hanya Tuhan yang dapat mengubah orang. Hanya rahmat Tuhan yang membuat hati bertobat, bukan kita. Itulah sebabnya, doa adalah sangat penting, bagian paling vital dalam koreksi persaudaraan.
Bacaan Misa hari ini: Yeh. 9:1-7; 10:18-22; Mzm. 113:1-2,3-4,5-6; Mat. 18:15-20.
Silahkan baca juga renungan tentang perikope yang sama di sini dan di sini.