Sabda Hidup
Rabu, 19 Oktober 2022, Rabu Pekan Biasa XXIX
Bacaan: Ef. 3:2-12; MT Yes. 12:2-3,4bcd,5-6; Luk. 12:39-48.
“Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.”
(Luk 12: 42 – 43)
Seorang penulis motivasional, Steve Goodier menulis sebuah cerita tentang seorang petani. Petani itu menanam jagung. Jagungnya adalah yang terbaik, sehingga setiap tahun selalu menjadi juara lomba yang diadakan di wilayahnya. Suatu hari, seorang wartawan mewawancarainya dan menemukan hal yang menarik tentang bagaimana petani itu menanam dan mengembangkan jagungnya. Ternyata petani itu membagikan bibit jagungnya yang nomor satu itu dengan tetangga-tetangganya.
“Bagaimana mungkin anda membagi bibit jagung terbaik dengan tetangga-tetangga anda? Bukankah mereka akan menjadi saingan anda dalam perlombaan setiap tahun?” tanya wartawan itu.
“Mengapa?” petani itu balik bertanya. “Tidak tahukah anda, bahwa angin menerbangkan serbuk sari jagung dari lahan yang satu ke lahan lainnya. Jika tetangga saya menanam jagung bermutu rendah, maka penyerbukan silang akan menurunkan kualitas jagung saya. Jika saya ingin mengembangkan jagung yang bermutu tinggi, maka saya harus membantu tetangga-tetangga saya mengembangkan jagung yang bermutu tinggi pula,” lanjut petani itu.
Itulah saling keterkaitan yang secara alami terjadi dalam hidup. Kualitas jagungnya tidak akan meningkat tanpa peningkatan kualitas jagung tetangga-tetangganya.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus memberikan sebuah perumpamaan tentang seorang “pengurus rumah yang ditugaskan tuannya atas hamba-hambanya untuk membagikan makan pada waktu yang tepat.” Dengan kata lain, Dia menghadirkan kepada kita seseorang yang bertanggung jawab atas pemeliharaan orang lain. Tanggung jawab itu, dalam hidup kita masa kini, berlaku untuk berbagai tugas dan panggilan kita: pejabat Gereja, guru, petugas kesehatan, pemimpin masyarakat, di tengah kehidupan keluarga, dan sebagainya.
Kita hidup dalam keterkaitan satu sama lain. Maka, orang yang ingin hidup dalam damai harus membantu sesamanya untuk hidup dalam damai. Mereka yang ingin hidup baik, harus membantu sesama hidup baik, sebab nilai kehidupan diukur dari kehidupan yang disentuhnya. Mereka yang ingin hidup bahagia harus membantu sesamanya menemukan kebahagiaan, sebab kesejahteraan seseorang terkait dengan kesejahteraan bersama. Dengan semua itu kita menyatakan tanggungjawab kita terhadap sesama. Sering kali kita bertanya seperti Kain: “Apakah aku penjaga saudaraku?” (Kej 4:9). Benar. We are our brothers and sisters’ keepers! Kita adalah penjaga saudara-saudari kita!
“Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang,” (Luk 12: 42 – 43).
Yesus menghendaki agar murid-murid-Nya selalu siap melaksanakan kehendak Tuhan setiap saat, memberikan pelayanan yang rendah hati dan berkorban untuk sesama. Seperti hamba setia dan bijaksana yang memberikan makanan kepada hamba-hamba yang lain pada waktunya, semoga kita juga dijumpai oleh Tuhan sedang memperhatikan sesama kita, dan bukan sedang mementingkan diri sendiri saja.