Sabda Hidup
Kamis, 30 Juli 2020, Kamis Pekan Biasa XVII
“Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan. Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya….. “Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!”
Yer 18: 3 – 6
Kita awali permenungan kita hari ini dari bacaan pertama misa hari ini dari nubuat Yeremia. Jelas dari kisah tentang tukang periuk itu bahwa hidup kita tidak selalu ada dalam kuasa kita. Seperti tanah liat di tangan tukang periuk. Hanya tukang periuk yang dapat menentukan, apa yang akan ia lakukan terhadap tanah liat. Tanah liat tidak dapat berkata kepada tukang periuk, bentuklah aku menjadi ini dan itu, seperti ini dan itu.
Sama halnya dengan hidup kita. Ada hal-hal yang ada di luar kontrol kita dan kita hanya dapat mempercayakannya pada belas kasih Allah. Ada hal-hal yang tak dapat kita ubah.
Sebagian dari realitas itu adalah bahwa Gereja itu terdiri dari baik orang-orang kudus maupun orang-orang berdosa. Kita tidak dapat mengontrolnya karena Allah menghendaki demikian. Ia menghendaki bahwa Gereja dibuat dari orang baik dan orang jahat. Seperti dikatakan oleh Injil hari ini: “Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan,” (Mat 13: 47). Seperti itulah Gereja. Ada orang bersih dan ada juga yang kotor. Ada orang suci, ada pula orang-orang berdosa.
Tuhan menerima realitas itu. Itulah sebabnya, kita juga, yang hanyalah tanah liat, harus menerima apa yang dikehendaki oleh Sang Pembuat Periuk yang toleran terhadap keberadaan para pendosa dan orang-orang suci dalam Gereja.
Bagaimanakah kita menghadapi realitas bahwa Gereja bukanlah eksklusif, khusus untuk orang-orang suci? Maukah anda duduk di sebelah orang berdosa saat misa? Maukah anda berbaris bersama-sama dengan orang berdosa yang akan menerima Tuhan dalam komuni? Apakah anda dapat mengerti dan berbelaskasih terhadap orang berdosa yang ingin berubah? Atau anda merasa yang paling benar? Apakah anda ingin mengontrol situasi dan berkata: “Kalau mereka tidak keluar, saya yang keluar! Kalau mereka tidak tahu betapa besar dosa-dosa mereka, saya yang akan membuat mereka sadar!” Kita tidak dapat berbuat seperti itu, sebab itu akan menempatkan diri kita lebih tinggi dari Allah.
Ada hal-hal yang berada di luar kontrol kita, seperti realitas bahwa ada orang-orang berdosa dalam Gereja. Allah mengerti dan berbelas kasih. Allah tentu menginginkan mereka untuk menjadi baik. Jika Allah seperti itu, maka kita juga buat yang sama.
Bacaan Misa hari ini: Yer. 18:1-6; Mzm. 146:2abc,2d-4,5-6; Mat. 13:47-53.