Sabda Hidup
Jumat, 5 November 2021, Jumat Pekan Biasa XXXI
Bacaan: Rm. 15:14-21; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4; Luk. 16:1-8.
Kutipan di atas adalah akhir dari perikope tentang bendahara yang tidak jujur, yang dengan cerdik menghadapi masa depannya, sebab ia terancam untuk dipecat karena ketidakjujurannya. Dalam perumpamaan itu seakan-akan Yesus memuji ketidakjujuran bendahara itu.
Tentu Yesus bukan bermaksud untuk memuji dan menganjurkan kecurangan dan ketidakjujuran, tetapi memuji kecerdikan bendahara itu. Cerdik berarti “cepat mengerti (tentang situasi dan sebagainya) dan pandai mencari pemecahan masalah”. Berarti seorang yang cerdik juga mampu melihat ke depan. Ia mampu memahami situasi kritis dan mampu mencari pemecahannya bukan hanya untuk saat ini tetapi juga ke depan. Maka, yang ingin dikatakan melalui perumpamaan ini adalah: jika bendahara yang tidak jujur itu cerdik dalam menghadapi krisis finansial yang dihadapinya, terlebih lagi “anak-anak Terang”, harus lebih cerdik dalam menghadapi krisis rohani. Jika kita menghabiskan energi dan segala sumber daya upaya, serta memiliki pandangan ke depan dalam hal-hal yang mempunyai konsekuensi kekal, seperti yang kita lakukan untuk hal-hal duniawi, maka kita akan benar-benar lebih baik, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun di masa yang akan datang.
Semoga kita menjadi anak-anak terang yang sejati dan efektif, tegas, kreatif, dan bijaksana dalam menggunakan waktu serta segala upaya kita dalam mengikuti Kristus dan dalam mengupayakan kehidupan duniawi kita.