Remah Harian

C I N T A

Pinterest LinkedIn Tumblr

Kata orang, ada tiga tahapan cinta. Pertama, dalam tahun pertama perkawinan, ketika cinta masih begitu kuat dan berbunga-bunga, maka suami – isteri akan memanggil: “Sayang…” atau “Honey….” atau “Darling…” atau “Cintaku…” Lalu sesudah beberapa tahun terlampaui, kehangatan cinta itu mulai berkurang, mereka meanggil satu sama lain: “Hoi…!” Kemudian, ketika nyala cinta itu semakin berkurang dan tinggal kerlip-kerlip bara api, mereka akan memanggil satu sama lain dengan sedikit membuka bibir, monyong sedikit, dan keluarlah suara: “Sssst….!”

Sesudah penyangkalan yang memalukan terhadap Tuhan, dan sang murid kabur meninggalkan Sang Guru, mungkin Petrus berpikir bahwa kasih antara dia dan Yesus sudah benar-benar hilang. Ia bersama dengan yang lain kembali ke pekerjaan lamanya: menjala ikan dalam keputusasaan.

Akan tetapi, Tuhan, dengan kasih-Nya yang tak pernah berakhir tak pernah menyerah terhadap sahabat-sahabat-Nya. Ia mencari mereka, menghampiri mereka, dan melayani mereka sarapan! Lalu, kepada Petrus – yang pernah bersumpah, “meskipun yang lain meinggalkan Engkau, aku tak akan pernah meninggalkan Engkau” – Ia bertanya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Bukan cuma sekali Ia bertanya. Tiga kali! Mungkin Petrus merasa malu, merasa diingatkan akan penyangkalannya, tetapi juga tertantang. Ia bangkit dari kejatuhannya, dan tiga kali pula menjawab: “Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Dan Yesus memberinya tugas: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Seakan-akan Yesus berkata, buktikan kasihmu, gembalakanlah domba-domba-Ku.

Ada yang menafsirkan perikop ini berdasarkan pada tiga kata Yunani yang biasa kita terjemahkan dengan “cinta”: agape, cinta yang mengorbankan diri; philia, cinta persahabatan; dan eros, cinta erotis kebertubuhan. Yesus sebenarnya dua kali bertanya kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku” dengan cinta “agape”, cinta atau kasih yang mengorbankan diri. Tetapi dua kali pula Petrus menjawab dengan “philia”, cinta persahabatan. Maka pada pertanyaan yang ketiga, Yesus menurunkan level pertanyaannya pada cinta persahabatan. Masih diperlukan perjuangan bertahun-tahun, dengan kegagalan dan awal yang baru sampai Petrus mampu membuktikan kasih yang tertinggi untuk Gurunya, ketika dia menyerahkan hidupnya bagi Kristus di kayu salib. Ia merasa tak pantas disalibkan sama dengan Gurunya, sehingga ia minta disalibkan terbalik, dengan kepala di bawah.

Yesus menantang kita untuk mengasihi Dia dengan kasih yang tertinggi, tetapi Dia mengerti kita belum dapat mencapainya. Memegang ideal di hadapan kita, kita berjuang dengan bantuan anugerah Allah untuk mencapainya suatu hari nanti. Kita mungkin tidak perlu membuktikan kasih kita kepada-Nya dengan mati di salib seperti Petrus, tetapi kita dapat melakukannya dengan memikul salib kecil kita setiap hari dan melayani Dia dengan kasih di antara saudara-saudara kita yang terpinggirkan yang ada di sekitar kita.

Bagi para bapak – ibu, suami – isteri, sebelum cinta yang membara itu pelan-pelan padam, sebelum sapaan “Sayangku…” “Cintaku….” “Honey…” “Darling…..” berubah menjadi “Hoi…!” atau bahkan “Sssst…!” Kapan terakhir kali anda dengan tulus berkata kepada pasangan anda, “I love you”? Dan kapan Anda membuktikan cinta anda dengan mencuci piring, membuang sampah, mengganti pampers bayi Anda, dan tindakan-tindakan sehari-hari lainnya yang menjadi perwujudan semangat saling melayani?

Selamat mengasihi Yesus dalam sesama di sekitar kita.

Bacaan hari ini: Kis. 25:13-21Mzm. 103:1-2,11-12,19-20abYoh. 21:15-19

Author

Write A Comment