Sabda Hidup
Jumat, 4 Desember 2020, Jumat Pekan Advent I
Dua orang buta mengikuti-Nya sambil berseru-seru dan berkata: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.”
(Mat 9: 27).
Permohonan kedua orang buta mengundang kita juga untuk memohon penyembuhan dari kebutaan kita. Salah satu bentuk “kebutaan” itu adalah buta hati, tidak mau mengerti orang lain. Seperti penglihatan adalah karunia Tuhan, demikian juga pengertian (peka akan perasaan orang lain, toleran dan mengampuni) juga adalah anugerah. Seperti dua orang buta itu berseru mohon kesembuhan, kita acap kali perlu juga berseru mohon kepada Yesus agar disembuhkan.
Sering kali sulit mengakui bahwa kita “buta” ketika mata kita terbuka lebar. Walau demikian, ada banyak orang yang menderita karena kebutaan kita – mereka yang dipinggirkan, orang-orang miskin, orang-orang lapar, para gelandangan, anak-anak aibon – atau bisa jadi mereka itu adalah pasangan anda, anak-anak anda, orang tua anda, saudara-saudara dekat anda; semua yang “tidak kelihatan” oleh mata hati kita. Kadang-kadang mereka itu “kelihatan”, namun mereka menjadi perpanjangan kebutuhan egoisme kita sendiri. Meminjam istilah psikodinamik, mereka menjadi objek: mereka ada untuk memenuhi kebutuhan egois kita. Apa yang menjadi kebutuhan mereka tersembunyi bagi mata kita karena mereka tertutup oleh apa yang kita inginkan, dan bukan apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Mereka juga tertutup oleh kemarahan, dendam, kesombongan dan keangkuhan kita.
Kebutaan dan keterkungkungan dalam cinta diri ini lebih mengerikan dari kebutaan fisik. Kita perlu datang kepada Yesus agar dibebaskan dari cara dan pandangan hidup negatif, kesombongan, kecenderungan mementingkan diri sendiri, dan intoleransi terhadap orang lain. Kita percaya bahwa Yesus dapat mengubah kita. “Ya Tuhan kami percaya!”
Masa Advent ini menjadi saat yang baik untuk memohon agar kita disembuhkan dari kebutaan kita.
Bacaan Misa hari ini: Yes. 29:17-24; Mzm. 27:1,4,13-14; Mat. 9:27-31.