Remah Harian

BUTA

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Rabu, 16 Februari 2022, Rabu Pekan Biasa VI
Bacaan: Yak. 1:19-27Mzm. 15:2-3ab,3cd-4ab,5Mrk. 8:22-26.

“Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah dia. Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: “Sudahkah kaulihat sesuatu?” Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: “Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon.” Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.”

(Mrk 8: 22 – 25)

Kebanyakan dari kita menerima begitu saya kesehatan kita dan kelengkapan panca-indera kita. Misalnya, kita dapat menikmati matahari terbenam, dapat menikmati indahnya alam di sekitar kita, senyum manis sahabat-sahabat kita, dapat mendengarkan musik, dapat mendengarkan orang-orang yang kita kasihi. Sering kali kita lupa bersyukur atas semuanya itu.

Helen Keller, lahir pada tahun 1880. Ia kehilangan indera penglihatan dan pendengaran karena sakit sejak ia berusia 19 bulan. Dengan situasi seperti itu, ia bertumbuh dalam dunianya sendiri yang terisolasi, tak dapat berkomunikasi, belajar bahkan untuk mengurus dirinya sendiri. Tetapi “mukjizat” terjadi, datang dalam pribadi seorang guru yang sabar, Anne Sullivan, yang menemukan cara untuk berkomunikasi dengan Helen melalui sentuhan. Anne bahkan mengajari Helen berbicara pada tingkat tertentu. Helen dengan tekun belajar dan bahkan kuliah dan lulus college di Radcliff tahun 1904, dan menjadi seorang yang buta dan tuli pertama yang lulus sarjana.

Ia bersama gurunya kemudian mengadakan perjalanan keliling Amerika dan  35 negara lainnya memperjuangkan hak-hak untuk sekolah bagi mereka yang buta dan tuli. Dengan itu ia memberi harapan hidup yang lebih baik bagi banyak orang dengan kondisi cacat seperti itu.

Mukjizat yang terjadi bagi Helen dengan perantaraan Anne Sullivan tidaklah spektakuler seperti yang dikisahkan dalam Injil hari ini. Dalam kehidupan kita, kebanyakan “mukjizat” terjadi sebagai hasil kerja keras, hasil kesabaran mereka yang membantu saudara-saudari kita yang mempunyai kekurangan, para dokter, guru, atau orang-orang terkasih yang membantu, disertai dengan dukungan doa.

Kita sendiri belajar untuk besyukur dan menghargai anugerah-anugerah yang kita terima, bahwa kita dapat melihat, mendengar, dan anugerah dalam diri orang-orang yang mengasihi kita. Semoga kita tidak buta terhadap kasih Allah bagi kita, semoga iman kita semakin diteguhkan. Semoga kita menggunakan kemampuan panca-indera kita untuk kebaikan. Mari kita gunakan anugerah penglihatan untuk menuntun saudara-saudari kita pada Yesus, dan mari kita gunakan anugerah pendengaran untuk mendengarkan Sabda Tuhan dan mendengarkan sesama.

Author

Write A Comment