Sabda Hidup
Senin, 24 Mei 2021, Senin Sesudah Pentakosta, Peringatan Wajib Maria Bunda Gereja.
“Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.”
(Yoh 19: 25 – 27).
Setiap orang punya seorang ibu. Ya, ibu yang melahirkannya secara fisik dalam kehidupan. Tetapi setiap orang orang Kristiani punya seorang ibu yang lain, Santa Perawan Maria, seorang ibu dalam tata rahmat. Yesus menghendaki untuk memberikan Maria sebagai ibu kepada Gereja perdana, ketika dari atas kayu salib, Ia memandang kepada ibu-Nya dan berkata, “Ibu, inilah anakmu,” (Yoh 19: 26). Dan kepada murid yang dikasihiNya, “Inilah ibumu” (Yoh 19: 27).
Selama berabad-abad umat Kristiani telah menyebut dan menghormati Maria sebagai ibu mereka. St. Yohanes Paulus II memohon kepada Maria untuk menjadi ibu secara personal, khususnya dalam waktu-waktu yang berat. Gelar lainnya yang menekankan peran Maria sebagai ibu telah digunakan berabad-abad oleh St. Agustinus dan St Leo Agung. St. Isaak dari Stella (meninggal 1169), seorang rahib Cistersian menulis tentang Maria dan Gereja yang tak terpisahkan.
St. Paulus VI menetapkan Maria sebagai Bunda Gereja. Paus Fransiskus pada tanggal 3 Maret 2018 menekankan kembali gelar tersebut dengan menetapkan hari Senin sesudah Pentakosta sebagai Peringatan Wajib Maria Bunda Gereja. Dalam Kitab Suci dan tradisi kita dapat menemukan dengan jelas bagaimana Maria telah menjadi “Bunda Gereja”.
Ibu Keluarga Eskatologis
Injil synoptik mengisahkan peristiwa ketika ibu Yesus dan saudara-saudara-Nya hendak menemui-Nya ketika Ia sedang mengajar (Mat 12: 46 – 50, Mrk 3: 31 – 35, Luk 8: 19 – 21). Ketika disampaikan kepada Yesus bahwa ibu-Nya ada di luar dan hendak menjumpai-Nya Ia berkata, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku adalah mereka yang mendengar sabda Allah dan melaksanakannya,” (Luk 8: 21).
Banyak orang mungkin akan mengernyitkan dahinya mendengar kata-kata Yesus dan berpikir bahwa Yesus “menjaga jarak” dari ibu-Nya. Tetapi jika kita mendengarkan secara seksama kata-kata Yesus, dengan merenungkan cara hidup Maria, kita akan melihat bahwa Marialah murid pertama Yesus yang menghidupi sabda-Nya itu.
Saat menerima kabar gembira, Maria mendengar sabda Allah dan ia dengan segera melaksanakannya dalam hidupnya. Ia hidup dalam ketaatan penuh pada kehendak Allah. Sabda Yesus hendak meninggikan yang rohani ketimbang tata kehidupan fisik.
Dengan kata lain, ajaran Yesus berfokus pada pembentukan suatu keluarga baru, keluarga eskatologis. Keluarga ini akan bersama selamanya dalam kerajaan surga. Keluarga ini adalah Gereja. Maria adalah anggota keluarga itu, dan karena perannya dalam sejarah keselamatan, ia adalah juga bundanya. Maria menjadi ibu kita, Ibu Gereja, sebagai bagian dari Keluarga Eskatologis Kristus.
Maria Bunda Gereja Perdana
Kitab Suci memberi gambaran tentang keibuan Maria bagi Gereja yang baru lahir. Para rasul dan Maria berkumpul dalam doa pada hari-hari sesudah kenaikan Yesus. Bersama mereka berdoa menantikan kedatangan Roh Kudus. Kehadiran Maria di ruang atas menekankan perannya dalam hari-hari permulaan Gereja. Dan dengan mempercayakan Maria kepada Yohanes, Maria mempunyai kaitan erat dengan lahirnya Gereja tersebut.
Dalam film “Full of Grace” ada sebuah adegan yang menyentuh. Di waktu-waktu akhir hidup Maria di dunia, para murid biasa datang kepada Maria, yang mereka panggil Ibu dengan akrab, ketika mereka kembali dari karya pewartaan mereka. Film itu juga menggambarkan para murid yang selalu meminta nasehat dan doa kepada Bunda Maria. Apakah itu suatu imaginasi berlebihan? Saya rasa tidak. Pekerjaan para murid adalah kelanjutan dari pekerjaan Puteranya. Sesuatu yang natural apabila ia juga mencintai mereka dengan hati keibuannya; mendengarkan dan berdoa bagi mereka.
Bunda Gereja Dulu dan Sekarang
Maria terus menjadi ibu bagi Gereja sepanjang masa. Itu ditunjukkan dengan fakta bahwa begitu banyak orang Kristiani berseru kepadanya pada waktu-waktu berkebutuhan. Mereka berdoa rosario mengunjungi tempat-tempat ziarah untuk berdoa. Mereka dengan khidmat berdoa di hadapan patung Bunda Maria, di hadapan tatapannya dan merasakan pelukan keibuannya.
Banyak yang berdoa dengan pengantaraannya menerima jawaban atas doa-doa mereka. Tak terhitung kisah tentang rahmat yang diterima dengan perantaraan Maria. Mukjizat Lepanto misalnya, yang dikenangkan sebagai Pesta Maria Ratu Rosario, dan kisah-kisah lainnya. Sebagai seorang ibu, Maria memelihara Gereja pada umumnya dan setiap anggotanya.
Teladan imannya tetap menginspirasi Gereja saat ini. Ialah model orang-orang beriman dan darinya kita belajar bagaimana hidup dalam keutamaan. Kita hanya dapat belajar dari padanya dan menjadikannya ibu kita, melakukan seperti yang telah dilakukan oleh St. Yohanes, menerima dia dalam rumah kita (Yoh 19: 27), dalam rumah kehidupan dan hati kita masing-masing. Mintalah dia menjadi ibu kita. Bicaralah kepadanya sebagai ibu kita. Sebab begitulah kenyataannya – ia adalah ibu kita, Bunda Gereja.
Bacaan hari ini: Kej 3:9-15, 20 atau Kis 1:12-14; Mzm 87:1-2,3,5,6-7, R:3; Yoh. 19:25-34.