Sabda Hidup
Selasa, 15 November 2022, Selasa Pekan Biasa XXXIII, Peringatan Fakultatif St. Albertus Agung
Bacaan: Why. 3:1-6,14-22; Mzm. 15:2-3ab,3cd-4ab,5; Luk. 19:1-10.
“Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
(Luk 19: 9 – 10)
Kita sering menerima SMS yang menawarkan hadiah. “Plgn YTH Selamat setelah diundi Telkomsel kemarin, simCARD Anda mendapatkan hadiah Rp 75 juta (belum dipotong pajak). Pin Anda 276C353. Untuk info lebih lanjut klik www.undiantelkomsel57.webs.com.” Ada juga yang berbunyi, “Hadiah M-kios Resmi diberikan U/pemilik 081237xxxxxx Pin Pemenang Anda ( A771269 )
U/info lengkap klik :http://gebyar-hadiah-mkios.jimdo.com”. Masih banyak lagi SMS-SMS yang menawarkan rupa-rupa hadiah.
SMS-SMS ITU seakan-akan memberikan kejutan rejeki nomplok berjuta-juta. Mereka yang sudah tahu, langsung mengerti bahwa itu hanyalah scam, yang bila diikuti, justru sering kali bertujuan menipu. Yang ingin untung, bisa-bisa malah buntung.
Pengalaman Zakheus sangatlah berbeda. Ia hanya ingin melihat Yesus. Seperti dilaporkan oleh Lukas: “Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu,” (Luk 19: 3). Pastilah Zakheus sudah mendengar tentang Yesus yang sedang “naik daun” dan menjadi perbincangan di mana-mana. Ia mungkin tidak pernah berpikir bahwa ia adalah orang yang sangat beruntung di antara orang-orang yang ingin melihat “si Pembuat Mukjizat” itu. Ia tidak hanya mendapatkan rejeki nomplok atau tawaran hadiah tipu-tipu tetapi sungguh mendapat hadiah yang nilainya jauh dari segala kekayaannya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Luk 19: 9 – 10).
Tetapi, apakah yang membuat Zakheus layak mendapatkan “hadiah” istimewa dari Yesus? Bukan kekayaan yang mungkin ia dapatkan dari ketidakjujurannya sebagai pemungut cukai, melainkan hasratnya yang jujur untuk melihat Yesus. Melihat Yesus di sini bukanlah sekadar keinginan semata untuk melihat penampakan-Nya, tetapi keinginan yang bernyala dan sungguh-sungguh untuk kembali ke jalan yang benar. Mamanjat pohon ara adalah sebuah ekspresi dari hasratnya untuk bertobat, tanpa memikirkan mereka yang akan mencemoohnya. Meski dicemooh, ditertawakan, Zakheus teguh dengan keputusannya: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” (Luk 19: 8). Pertobatan sejati selalu diikuti oleh tindakan yang nyata.
Bagaimana dengan kita? Kita mengucapkan janji ini dan itu, resolusi ini dan itu, setiap kali mengikuti retret atau rekoleksi, sesudah mengikuti Seminar Hidup Baru, ketika kita merayakan Pekan Suci, atau Natal, atau Tahun Baru. Tetapi janji tinggal janji, parlente jalan terus…. seperti janji-janji kampanye pilkada…. Akhirnya, sama saja….
Semoga kita semakin menjadi seperti Zakheus, hasrat kita untuk berubah, untuk bertobat, menjadi nyata dalam tindakan, sehingga layak mendengar kata-kata Yesus: “Hari ini telah terjadi keselamatan!”