Remah Harian

BUKAN CERITA YANG SEMPURNA

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Kamis, 8 September 2022, Pesta Kelahiran St. Perawan Maria
Bacaan: Bacaan misa hari ini: Mi. 5:1-4a atau Rm. 8:28-30Mzm. 13:6ab,6cdMat. 1:1-16,18-23 (Mat. 1:18-23)

“Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham….. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” ?yang berarti: Allah menyertai kita.”

(Mat 1: 1. 22 – 23)

Gereja Katolik hari ini merayakan Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria. Secara tradisional, pesta ini jatuh pada tanggal 8 September, 9 bulan setelah ia dikandung tanpa noda dosa, yang pestanya kita rayakan setiap tanggal 8 Desember.

Tentang kelahiran dan masa kanak-kanak Maria tidak ada catatan dalam Kitab Suci. Namun ada dokumen-dokumen lain dan tradisi yang menggambarkan keadaan sekitar kelahirannya yang juga dikutip oleh beberapa penulis Kristen awal dari abad pertama Gereja.

Kisah-kisah tersebut, walau tidak dianggap setara wibawanya dengan Kitab Suci, menggambarkan beberapa kepercayaan atau tradisi tenang kelahiran Maria.

Protoevangelium Yakobus, yang mungkin selesai ditulis awal abad kedua, menggambarkankan ayah Maria, Yoakhim, sebagai seorang yang berkecukupan dari keturunan 12 suku Israel. Yoakhim dan isterinya Anna, sangat sedih karena belum mempunyai anak. Ia ingat Abraham, Bapa leluhurnya, yang pada akhirnya dikaruniai seorang putera, Isak. Maka mereka mempersembahkan diri mereka dalam doa dan puasa yang sungguh-sungguh. Mereka berpikir, mungkin mereka tidak dikaruniai anak karena Tuhan tidak berkenan dengan mereka.

Namun ternyata, mereka mendapat karunia bahkan melebihi Abraham dan Sarah, sebab seorang malaikat menyatakan kepada Anna, bahwa seluruh keturunan akan menghormati keturunannya. “Tuhan telah mendengar doamu, engkau akan mengandung dan melahirkan, dan keturunanmu akan dibicarakan di seluruh dunia.”

Sesudah kelahiran Maria, menurut Protoevangelium Yakobus tersebut, Anna membuat sebuah tempat yang suci di kamar bayi perempuan itu dan tak mengijinkan sesuatupun yang kotor atau najis di situ karena kekudusan anaknya itu. Tulisan yang sama mengisahkan juga bahwa ketika puterinya berusia 1 tahun, ayahnya “mengadakan pesta besar, mengundang para imam, para ahli kitab dan tua-tua, dan seluruh umat.”

Yoakhim membawa puterinya itu kepada imam-imam, menurut kisah itu, dan mereka memberkati puterinya itu: “Allah leluhur kami, berkatilah anak ini, dan berikan kepadanya nama yang kekal, yang akan disebut oleh semua generasi….” Dan kemudian Yoakhim membawanya kepada imam kepala yang memberkatinya sambil berkata, “Ya Allah Mahatinggi, pandanglah anak ini, dan berkatilah ia dengan berkat yang terbaik, berkat yang kekal.”

Protoevangelium itu menggambarkan bagaimana orang tua Maria, bersama dengan imam-imam bait Allah, memutuskan bahwa puterinya itu akan dipersembahkan kepada Allah sebagai perawan selama hidupnya, meski kemudian menikah dengan Yoseph.

Santo Agustinus menggambarkan kelahiran Maria senagai suatu peristiwa yang penting baik secara kosmik maupun historis, dan merupakan pendahuluan yang pantas bagi kelahiran Yesus Kritus. “Ia adalah bunga di padang yang darinya akan mekar bunga bakung yang tiada taranya di lembah itu,” katanya. St. Agustinus menegaskan: “Melalui kelahirannya, kodrat yang kita warisi dari nenek moyang pertama kita diubah.”

Bacaan Injil hari ini adalah silsilah Yesus dari Injil Matius. Silsilah ini, tidak menunjukkan rencana Tuhan yang sempurna, namun menunjukkan kepada kita sejarah Israel, dengan keberdosaan dan ketidaksetiaanya, harapannya yang hancur dan kebesaran yang dikejar namun tidak kekal.

Demikian juga dalam hidup kita dunia ini. Kita mencari rencana Tuhan bagi kita – rencana Tuhan yang menawarkan damai di bumi, Gereja yang kudus, suatu tempat di mana “yang berkuasa diturunkan dari takhta dan yang hina dina diangkat-Nya”. Tetapi sejarah kita, silsilah kita, begitu sering tercoreng oleh dosa, mengisahkan sebuah cerita yang jauh berbeda. Dalam arti itu, penebusan tidak pernah terjadi secara otomatis, seolah-olah Tuhan tinggal menyentuh tombol saja dan seluruh tatanan dipulihkan. Penebusan, seperti garis silsilah Kristus, seperti kelahirannya, seperti kelahiran Maria yang kita rayakan hari ini, terjadi dalam sejarah manusia dalam daging dan darah. Namun demikian, wafat Kristus bukanlah suatu kesia-siaan.  Ia datang dan wafat dan kemudian bangkit kembali, sehingga dosa dan luka ditebus dan disembuhkan, agar kita dapat melihat terang yang benar. Kristus menulis kembali sejarah kita, sehingga keberdosaan kita menjadi kesempatan bagi kedatangan-Nya dalam hidup kita. Sama seperti silsilah-Nya yang tak sempurna juga merupakan jalan yang dipilih untuk keselamatan.

Saat kita merenungkan dan merayakan Kelahiran Maria, yang merupakan salah satu langkah dalam rencana keselamatan Allah secara keseluruhan, marilah kita tidak melupakan betapa berantakannya rencana itu sebenarnya. Di sisi lain, kepada kita diwartakan bahwa Kristus menebus bukan hanya yang terbaik, tetapi ia meraih semua yang terpecah-pecah, dan membuat semuanya menjadi utuh.

Selamat ulang tahun Bunda Maria. Kami mengenang kelahiranmu karena engkau melahirkan Yesus Kristus, Penyelamat dunia. Semoga kami dapat “melahirkan” Yesus pula bagi dunia agar hidup kami bermakna.

Author

Write A Comment