Sabda Hidup
Jumat, 6 Agustus 2021, Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya
Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.”
(Mrk 9: 2 – 7)
Hari ini kita rayakan Pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya atau sering juga disebut sebagai Pesta Transfigurasi. Seperti kita baca dari Injil Markus 9: 2 – 10, Yesus membawa tiga orang murid-Nya naik ke puncak sebuah gunung dan di sana Ia menampakkan kemuliaan-Nya. Ia memilih orang-orang khusus untuk melihat kemuliaan-Nya. Dalam Perjanjian Lama, Musa yang mendapat keistimewaan itu, sedangkan dalam Perjanjian Baru, Petrus, Yakobus dan Yohanes. Para murid mendapat keistimewaan untuk melihat kemuliaan-Nya di puncak gunung. Dalam Kitab Suci, gunung selalu menjadi tempat simbolis di mana Musa bertemu dengan Allah dan Allah mewahyukan diri kepada Musa. Gunung juga menjadi tempat Musa Perjanjian Baru – Yesus – berbicara dengan Bapa dalam kesatuan dengan-Nya. Gunung juga menjadi simbol keilahian. Di atas gunung Yesus menampakkan kemuliaan-Nya kepada para murid yang dikasihi, kemuliaan yang kita juga akan ambil bagian pada saatnya nanti, jika hidup kita di atas bumi ini diubah.
Para murid menyaksikan wajah Yesus bersinar seperti matahari dan pakaiannya putih berkilat-kilat. Bersama Yesus hadir juga Musa dan Elia – tokoh-tokoh terkemuka Perjanjian Lama – mewakili Hukum dan Para Nabi. Yesus datang sebagai pemenuhan Hukum dan ramalan para nabi! Menyaksikan penampakan Yesus dalam kemuliaan-Nya bersama Musa dan Elia itu membuat para murid lupa segala-galanya. Petrus berkata: “Rabi, betapa bahagianya kami di tempat ini!” Mereka mengalami sesuatu “yang belum pernah dilihat oleh mata, atau didengar oleh telinga,” (1 Kor 2: 9). Mereka tidak ingin turun, meninggalkan pengalaman mistik yang mulia itu. Mereka ingin tinggal selama-lamanya di sana. Seperti ditulis oleh St. Theresia dari Avilla, “semakin saya merenungkan surga, semakin saya tidak tertarik pada dunia.”
Di puncak gunung Yesus menampakkan kemuliaan-Nya, kemuliaan yang akan kita alami (Rom 8: 17) dengan ambil bagian dalam sengsara-Nya di dunia. Kemuliaan itulah yang harus memberi kita keberanian dan keyakinan dalam menghadapi tantangan di dunia dalam menghidupi iman kita.
Sebagai murid-murid Kristus, kita pun harus diubah oleh Sabda Tuhan, oleh sakramen-sakramen dan tentu saja melalui kehidupan iman kita dari hari ke hari. Kita lahir dalam kedagingan dan dengan demikian kita adalah anak-anak dunia. Tetapi kita telah diubah menjadi anak-anak Allah. St Paulus mengajak kita “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,” (Rom 12: 2). Allah telah memanggil kita untuk menjadi anak-anak-Nya dalam Kristus. Maka kita harus berubah menjadi semakin serupa dengan Kristus, Anak-Nya yang terkasih. Tanpa kita berubah, kita tak layak bagi-Nya. Tetapi sekali kita diubah, kita akan mengalami kemuliaan Kristus, bahkan mulai dari sekarang ini. Seperti pemazmur berkata, “Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajah-Mu, dan pada waktu bangunaku akan menjadi puas dengan rupa-Mu,” (Mzm 17: 15).
Kita semua rindu untuk memandang kemuliaan-Nya. Langkah pertama untuk memandang kemuliaan Tuhan itu adalah membiarkan diri kita diubah saat ini: dari egoistis ke altruistis, menjadi lebih mengasihi, lebih mengampuni. Jika kita diubah saat kita masih hidup, kita akan dimuliakan di surga dengan memandang kemuliaan Allah, bahkan kita mulai mengalami kemuliaan-Nya itu saat ini. Kita harus berubah menjadi lebih baik, kembali pada cita-cita asali kita, nilai-nilai dan idealisme kita, serta melepaskan hal-hal yang tak perlu yang mengaburkan identitas kita sebagai anak-anak Allah yang terkasih. Namun, perubahan itu bukan sekali jadi tetapi merupakan suatu transfigurasi terus menerus dalam menghadapi tantangan untuk memilih mana yang jahat dan mana yang baik.
Bacaan hari ini: Dan. 7:9-10,13-14; Mzm. 97:1-2,5-6,9; 2Ptr 1:16-19; Mrk. 9:2-10.