Remah Mingguan

BERSUKACITALAH SENANTIASA!

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Minggu 13 Desember 2020, Minggu Advent III

“Di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak.”

(Yoh 1: 26 – 27)

Dalam pelajaran homiletika (kotbah) pastor pembimbing menekankan pentingnya ekspresi wajah dalam menyampaikan gagasan atau pewartaan. Dia berkata, “Ketika kamu berbicara tentang surga, wajahmu harus berseri-seri penuh cahaya surgawi, matamu berbinar-binar mulia. Tetapi waktu kami berbicara tentang neraka, tidak usah tambah-tambah ekspresi lagi…. sudah kelihatan seperti neraka!” Hehehe….

* * *

Hari ini adalah Minggu Advent III yang biasa disebut “Minggu Gaudete”. Gaudete berarti “bersukacitalah” “bergembiralah”. Seperti yang diserukan dalam antifon pembukaan: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan, sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Sebab Tuhan sudah dekat!” Bacaan pertama dari kitab Nabi Yesaya juga menggemakan nuansa yang sama: “Aku bersukaria di dalam Tuhan, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku.” Itulah sebabnya, warna liturgi bukan ungu tetapi pink. Kita bersukacita karena sang Juruselamat ada di tengah-tengah kita.

“Bersukacitalah!” Gaudete! Seruan ini mengingatkan kita juga bahwa sebagai pengikut-pengikut Kristus kita adalah orang-orang yang bersukacita. Sukacita itu nampak dalam diri kita, ketika hubungan kita satu sama lain menjadi kesaksian bagi dunia akan cinta Tuhan dan rahmat-Nya yang mengubah. Sukacita kita itu harus mampu menginspirasi orang lain untuk mencari sumbernya. Tetapi, dalam kenyataannya, sukacita itu sering tidak nampak.

Mengapa? Karena kita tidak menciptakan dan menjaga relasi yang dekat dengan Kristus. Dan bagi yang lain, itu karena ketidakmampuan untuk melihat Kristus dalam diri orang-orang di sekitar kita. Nampaknya apa yang terjadi pada masa Yohanes Pembaptis terulang lagi. Pada masa itu orang-orang tidak tahu Siapa dan di mana Sang Juruselamat. Mereka terus mencari-Nya dalam diri orang-orang seperti Elia atau siapa saja sesuai dengan imajinasi mereka.

Mereka bertanya kepada Yohanes: “Siapakah engkau?” Tetapi Yohanes menjawab: “Aku bukan Mesias. Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: luruskanlah jalan bagi Tuhan!” (Yoh 1: 23).

Orang-orang tetap tidak mengenal siapa sang Mesias ketika pada kenyataannya, Ia sudah ada di tengah-tengah mereka. Yohanes berkata: “di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia yang datang kemudian dari pada aku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.

* * *

Ada sebuah biara yang sangat terkenal. Di sana terdapat banyak bangunan yang megah dan bagus yang dipenuhi oleh para biarawan muda, kapelnya yang besar dan indah dipenuhi dengan nyanyian dan doa yang agung dan syahdu. Tapi semua itu kini tinggal kenangan. Orang tidak lagi datang ke sana. Tinggal beberapa biarawan saja yang tinggal di situ dan menjalani hidup dengan berat hati. Mereka sangat sedih dan murung karena biara mereka semakin lama semakin berkurang anggotanya. Tak ada lagi orang muda yang tertarik untuk bergabung dengan mereka.

Dalam sebuah hutan kecil dekat biara itu tinggalah seorang Rabbi, di sebuah gubuk sederhana.

Suatu hari, pemimpin biara itu datang menjumpainya. Mereka berbincang-bincang dengan hangat, berdoa dan membaca Kitab Suci bersama. Tiba-tiba, Rabbi itu mulai menangis dan berkata kepada pemimpin biara itu, “Saudaraku, ada rahasia yang ingin saya sampaikan kepadamu. Saya ingin agar kamu menyampaikan rahasia ini kepada saudara-saudaramu di biara. Tetapi, ketika mereka mendengar rahasia ini, mereka harus menjaga rahasia ini. Besok, katakan kepada mereka: ‘Salah satu dari kalian adalah Sang Mesias.’ Itu saja.”

Maka keesokan harinya, pemimpin biara memanggil seluruh anggotanya dan menyampaikan kabar yang didengarnya dari Rabbi yang suci itu. Ketika mendengar kabar itu, kesedihan tiba-tiba lenyap. Mereka gembira karena Sang Mesias adalah salah satu dari mereka. Tetapi siapakah itu? Karena tak seorangpun tahu siapa yang adalah Sang Mesias, masing-masing mulai memperlakukan yang lain secara sangat istimewa. Seiring dengan perjalanan waktu, kehidupan dan komunitas di biara itu benar-benar berubah. Dan lihatlah begitu banyak orang yang datang karena tertarik dengan cara hidup mereka.

* * *

Sebagai umat Katolik, yang dibaptis dan dikuatkan, kita memiliki roh Kristus di dalam diri kita. Dan melalui Ekaristi Kudus, kita memiliki tubuh dan darah Kristus yang benar-benar bersatu dengan tubuh kita. Sumber dari semua Cinta dan Sukacita berada di dalam diri kita masing-masing.

Bagaimana bisa kita tidak bersukacita mengetahui hal ini?

* * *

Tapi untuk bersukacita, dibutuhkan juga iman.

Banyak dari kita, apalagi di masa pandemi ini, mengalami masa-masa sulit: kehilangan pekerjaan, hidup semakin sulit, kehilangan orang-orang yang dicintai, dan hal-hal lain yang nampaknya sulit untuk diatasi. Dalam situasi seperti itu bagaimana menjadi saksi sukacita?

Hampir tidak mungkin bukan?

Namun, di sinilah iman berperan. Bukankah Tuhan tidak akan memberi kita masalah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya? Dan bukankah Dia akan memberi kita semua yang benar-benar kita butuhkan untuk hidu? Jadi, bagaimana kita dapat menghadapi semua permasalahan hidup kita?

Kita harus punya iman!

Adven dan Natal adalah kesempatan bagi kita untuk memperbarui iman kita kepada Yesus. Terlepas dari masalah kita dan kondisi yang tampaknya tidak ada harapan, Yesus adalah harapan dan sukacita kita. Yesus Andalan kita! Ia pasti menyelamatkan kita. Tapi ingat: mari kita lakukan bagian kita juga. Tuhan membantu mereka yang membantu diri mereka sendiri.

Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan, sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Sebab Tuhan sudah dekat!

Bacaan Misa hari ini: Yes. 61:1-2a,10-11; MT Luk. 1:46-48,49-50,53-541Tes. 5:16-24Yoh. 1:6-8,19-28.

Author

Write A Comment