Seorang anak kecil bersama ibunya sedaang berdoa dalam sebuah gereja. Dia terpesona melihat cahaya matahari menembus jendela kaca warna-warni bergambar orang-orang kudus. Dia bertanya kepada ibunya, “Bu, itu gambar siapa yang ada di jendela?” “Mereka adalah orang-orang kudus,” jawab ibunya. Kemudian anak itu berkata, “Oooo…. sekarang saya tahu siapa itu orang-orang kudus. Mereka adalah orang-orang yang membiarkan cahaya matahari menembusnya dan menyinari kita.”
Kita telah menerima terang iman ketika kita menjadi orang Kristen. Lilin menyala yang diberikan sesaat setelah baptisan melambangkan hal itu. Di sinilah perumpamaan hari ini berbicara kepada kita. Apa yang kita lakukan dengan terang iman kita? Banyak dari kita menyembunyikannya, sebab membiarkan terang iman bersinar melalui hidup kita, merupakan tanggung jawab besar. Dalam masyarakat modern saat ini, menunjukkan iman dalam kehidupan sehari-hari mungkin akan mengundang ejekan dan cemoohan. Itulah yang mendorong banyak orang berkata: “Iman saya adalah urusan pribadi.” “BUKAN!” kata Yesus, “Imanmu bukan urusan pribadi!”
“Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya,” (Luk 8: 16).
“Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga,” (Mat 5: 16).
Cahaya Kristus yang kita terima harus menembus diri kita dan bersinar dalam keluarga, di lingkungan, di tempat kita bekerja, di masyarakat kita, di negara kita, di mana pun kita berada.
Bersinarlah!
Bacaan misa hari ini: Ams. 3:27-34; Mzm. 15:2-3ab,3cd-4ab,5; Luk. 8:16-18.