Remah Harian

BERJUMPA SANG MEMPELAI

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Jumat, 2 September 2022, Jumat Pekan Biasa XXII
Bacaan: 1Kor. 4:1-5Mzm. 37:3-4,5-6,27-28,39-40Luk. 5:33-39.

“Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka?”

(Luk5:34)

Yesus sering menggambarkan kehadiran-Nya sebagai kehadiran sang Mempelai dan kehadiran Kerajaan Allah sebagai perjamuan pesta. Kehadiran sang mempelai di tengah-tengah pesta tentu membawa kegembiraan dan kebahagiaan.

Bagaimana kita mengetahui kehadiran-Nya dan karena itu kita berbahagia karena kehadiran-Nya? Pertama, saat kita berdoa. Setiap doa harus menjadi perayaan perjumpaan kita dengan Tuhan yang hadir di hati kita.

Kedua, saat kita berjumpa dengan Tuhan melalui orang-orang lain. Bukankah kita masing-masing dicipta seturut dengan citra-Nya? Bagaimanakah saat kita berjumpa dengan orang lain? “Setiap kali anda tersenyum kepada seseorang, itu adalah satu tindakan cinta, sebuah hadiah, sesuatu yang indah,” kata Ibu Teresa dari Calcutta.

Ketiga, Tuhan hadir melalui orang-orang miskin dan menderita. Setiap kali kita berjumpa dengan orang miskin dan menderita, kita harus merayakannya dengan memberikan yang terbaik. Apakah kita dapat mengenali wajah Tuhan dalam diri mereka yang menderita? Apakah kita memberi dengan gembira? Atau dengan setengah hati? “Setiap orang dari mereka adalah Yesus yang menyamar,” kata Ibu Teresa.

Seorang tukang sepatu yang sudah tua bermimpi bahwa Tuhan akan datang mengunjunginya esok hari. Ketika ia bangun dari tidur keesokan harinya, ia membuka jendela rumahnya dan memperhatikan orang-orang yang lewat di depan rumahnya. Ia melihat seorang wanita bersama dengan anaknya. Wanita itu sedang berputus asa dan kehilangan harapan dan berencana hendak bunuh diri. Ia meminta wanita bersama anaknya itu singgah ke rumahnya, kemudian menghibur wanita itu dan sedapat mungkin membantunya.

Tak lama kemudian ia melihat seorang yang sedang dalam perjalanan. Ia nampak lelah dan kedinginan. Tukang sepatu itu mempersilahkan orang itu beristirahat di rumahnya yang kecil, melepas lelah dan makan.

Demikianlah sepanjang hari ia membantu sesamanya yang menderita, walau hanya atas cara sederhana. Hingga malam tiba, tukang sepatu itu masih menunggu, kapan Tuhan datang mengunjunginya. Sampai tengah malam, Tuhan Yesus belum nampak juga. Ia sudah bosan menunggu sampai akhirnya ia mengantuk dan hendak tidur. Ia mempunyai kebiasaan membaca Kitab Suci sebelum ia tidur. Saat ia membuka Kitab Suci dan membaca, ia menemukan ayat ini:“Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku,” (Mat 25: 40). Saat membaca itu, hatinya terasa hangat dan baru menyadari, Tuhan Yesus telah mengunjunginya sepanjang hari.

Author

Write A Comment