Remah Harian

BERJAGA BERSAMA ST. MONIKA

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup, Jumat 27 Agustus 2021, Peringatan Wajib St. Monika

“Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”

(Mat 25: 13)

Ada banyak hal yang tidak dapat kita peroleh secara instant, tetapi membutuhkan waktu yang lama. Misalnya, ketika anda akan ujian, perlu waktu yang lama untuk belajar. Jika kita ingin mengetahui sesuatu, kita perlu bertanya kepada orang lain, membaca, meneliti, merefleksikannya agar sungguh-sungguh tahu secara mendalam.

Demikian juga dalam hal kehidupan kekal, dibutuhkan proses untuk memperolehnya. Dalam Injil hari ini Yesus mengundang kita untuk tetap berjaga-jaga. Berjaga-jaga itu lebih dari sekadar soal waktu. Banyak orang bilang bahwa mereka “kedapatan” berjaga-jaga karena mereka berada pada tempat dan waktu yang tepat. Sedangkan yang lain bilang, mereka kurang beruntung atau sial karena berada pada waktu dan tempat yang salah. Tentu saja kehidupan kekal bukan soal mujur dan sial. Untuk mencapai kehidupan kekal perlu ketekunan. Dengan demikian, berjaga-jaga tidak sama dengan siap sedia agar tidak “ketahuan” lalai. Berjaga dan siap sedia adalah bertekun dan konsisten berbuat baik, entah diawasi atau tidak, entah diganjar atau tidak. Kita berbuat baik karena kodrat kita baik. Jika kita tidak berbuat baik maka kita melawan kodrat kita, apalagi kita dicipta segambar dengan Allah yang mahabaik.

Akhirnya, ada hal yang tidak dapat kita pinjam. Kita bisa meminjam uang, mobil, baju dan sebagainya kepada orang lain, tetapi kita tidak bisa meminjam relasi dengan Allah kepada orang lain. Kita tidak bisa meminjam iman dan kekudusan dari orang lain dan menggunakannya untuk keuntungan kita sendiri. Mempunyai orang tua saleh, atau ada anggota keluarga yang menjadi imam atau suster, biarawan/wati, bukanlah jaminan keselamatan. Relasi personal dengan Allahlah yang berlaku.

Maka sahabat-sahabat, mari kita bertekun dalam iman. Hidup St. Monika yang kita peringati hari ini berkata banyak tentang Injil hari ini. Dialah salah satu gadis yang bijaksana, yang setia dan selalu berjaga dalam ketekunan, meski ia menantikan begitu lama apa yang ia harapkan: pertobatan suami dan anaknya. Dialah yang setia “berjaga” hingga berpuluh-puluh tahun, hingga apa yang dinantikannya terwujud.

Monika dilahirkan pada tahun 331 di Tagaste, Algeria, Afrika Utara dari keluarga Kristen yang taat. Leluhurnya bukan penduduk asli Afrika, melainkan perantauan dari Fenisia.

Monika dinikahkan dengan Patrisius, seorang pegawai tinggi pemerintahan kota. Mereka dikaruniai tiga orang anak: Agustinus, Navigius dan Perpetua (yang kelak memimpin biara). Patrisius seorang kafir yang berperangai buruk. Dia biasa pulang dalam keadaan mabuk setiap malam, suka naik pitam dan sering mentertawakan usaha keras Monika untuk mendidik Agustinus menjadi pemuda Kristiani. Meskipun demikian, Monika tidak pernah membantah ataupun bertengkar dengan suaminya. Tak henti-hentinya ia berdoa agar suami dan puteranya segera bertobat dan menerima Kristus.

Monika menanggung segala pencobaan hidupnya dengan sabar, lemah lembut dan berbelas-kasih. Imannya yang kuat beroleh ganjaran tatkala Patrisius pada akhirnya menerima iman Kristiani dan dibaptis setahun sebelum meninggal dunia pada tahun 371. Bahkan ibu Patrisius pun juga dibaptis.

Agustinus, yang kala ayahnya meninggal dunia adalah seorang pemuda berumur 17 tahun, tidak mau ikut dibaptis. Meski cemerlang dalam studi, perilaku Agustinus yang hidup bersama perempuan, alkohol dan berbagai macam kecanduan, pula terjerumus ke dalam aliran bidaah Manikeisme yang menolak Allah dan mengutamakan rasionalisme, sungguh tak dapat diterima oleh Monika. Meski tak ada tanda-tanda bahwa doanya dikabulkan Tuhan, Monika dengan setia tetap berdoa untuk Agustinus dengan setiapkali airmata bercucuran dari matanya.

Santa Monika terus menerus berdoa untuk pertobatan suami dan puteranya. Doanya tidak serta merta dikabulkan. Akan tetapi Tuhan memberikan jauh melebihi yang ia harapkan. Sesudah 30 tahun doanya dikabulkan. Suaminya bertobat.  Dan hanya setelah 33 tahun ia berdoa dengan bercucuran air mata, Tuhan menjawab doanya bagi puteranya, Agustinus. Allah menghendaki lebih dari sekedar pertobatan, Ia menghendaki Agustinus menjadi seorang imam, dan kemudian menjadi seorang uskup, bahkan menjadi seorang pujangga Gereja, seorang santo yang besar…. Untuk itu Tuhan memerlukan doa bukan hanya seminggu dua minggu tapi bertahun-tahun.

Semoga kita tetapi setia dan bertekun dalam iman, seperti St. Monika.

Bacaan hari ini: 1Tes. 4:1-8; Mzm. 97:1,2b,5-6,10,11-12 ; Mat. 25:1-13

Author

Write A Comment