Sabda Hidup
Sabtu, 18 November 2023, Sabtu Pekan Biasa XXXII
Bacaan: Keb. 18:14-16,19:6-9; Mzm. 105:2-3,36-37,42-43; Luk. 18:1-8.
Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?”
(Luk 18: 7)
Injil hari ini bercerita tentang seorang janda. Kata Ibrani untuk janda adalah “almanâ” dan kata Yunaninya adalah “chera”. Dalam penggunaan umum kata Yunani “chera” memiliki akar yang bermakna “ditinggalkan, tertinggal kosong”. Sementara “almanâ” tidak hanya berarti seorang perempuan yang suaminya sudah meninggal, tetapi juga melukiskan seorang perempuan yang kehilangan dukungan sosial dan ekonomi sehingga membutuhkan perlindungan hukum. Seorang janda memiliki status sosial yang lemah, terlebih bila dia tidak memiliki keturunan. Dalam perumpamaan Injil hari ini seorang janda dengan gigih melawan seorang hakim yang arogan dan tidak adil. Hakim itu mengabaikannya pada awalnya, tetapi akhirnya memberikan keadilan padanya karena janda itu sangat gigih. Yesus kemudian menyampaikan gagasan yang ingin disampaikannya-Nya. Jika seorang hakim yang tidak adil memberi keadilan pada perempuan ini [dengan status seperti diterangkan di atas], apalagi yang akan Tuhan berikan untuk orang-orang pilihannya!
Tuhan tentu mendengarkan ketika kita berdoa. Tetapi tanggapan Tuhan terhadap doa kita barangkali tidak sesuai dengan agenda kita sendiri. Sering kali kita ingin agar Tuhan bertindak kapan dan bagaimana sesuai dengan keinginan kita, yaitu, sesuai dengan agenda kita dan bukan kehendak-Nya. Kenyataannya, pandangan kita terbatas dan tidak dapat melihat akhir yang akan terjadi. Kita sering kali mengeluh, frustrasi, dan mengatakan bahwa Tuhan tidak peduli kepada kita. Tetapi kebenarannya adalah Tuhan memberi kita semua hal baik yang kita butuhkan. Yang diperlukan hanyalah bertekun. Tuhan mencintai kita dan ingin memberi kita apa yang benar-benar kita butuhkan dan apa yang terbaik bagi kita. Ketika kita bertekun, kita harus melakukannya dengan cinta dan kerendahan hati. Semakin kita berdoa, semakin kita dekat kepada-Nya. Semakin kita belajar mengenali kehendak-Nya.
Sahabat, doa adalah karunia Tuhan. Doa bukanlah mesin atau rumus ajaib. Doa membutuhkan perjuangan di pihak kita, karena itu adalah tindakan cinta dan pemberian diri. Doa berdayaguna jika kita bertekun dan membiarkan Tuhan bertindak. Terkadang kita tidak serta-merta melihat efeknya. Terus mencari Tuhan dalam doa itu saja sudah menjadi buah doa yang terbaik.
Bagaimana anda berdoa? Seberapa konsistenkah anda memohon? Apa yang anda minta? Apa yang sebenarnya anda inginkan? Apakah anda membedakan antara apa yang anda inginkan dan apa yang benar-benar anda butuhkan? Dan apakah anda benar-benar memiliki iman dan kepercayaan pada pemeliharaan penuh kasih dari Allah kita?
“Bersukacitalah dalam pengharapan, tabahlah dalam kesusahan, dan bertekunlah dalam doa!” (Rom 12: 12). Ibu Teresa dari Calcuta juga berkata: “When facing God, results are not important. Faithfulness is what is important.” Saat berhadapan dengan Tuhan, bukanlah hasilnya yang penting. Kesetiaanlah yang penting.”