Sabda Hidup
Kamis, 21 September 2023, Pesta St. Matius Rasul dan Penulis Injil
Bacaan: Ef. 4:1-7,11-13; Mzm. 19:2-3,4-5; Mat. 9:9-13.
Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.”
(MAT 9: 9)
Hari ini kita rayakan Pesta St. Matius, rasul dan penginjil. Nama Matius, dalam bahasa Ibrani “Mattityahu” dan ditransliterasi ke dalam bahasa Yunani “Mathathias” atau dalam versi pendeknya “Mathaios” berarti “pemberian Tuhan.” Dalam Injil Markus 2: 14 dan Lukas 5: 27 ia juga disebut Lewi. Injil Matius 9: 9; 10: 3, menyebutnya sebagai seorang pemungut cukai. Ia sedang duduk di rumah cukai di Kapernaum ketika Yesus memanggilnya untuk mengikuti Dia. Jadi ketiga Injil Sinoptik sepakat menyebutnya sebagai seorang pemungut cukai. Sebagai pemungut cukai, pekerjaannya adalah mengumpulkan pajak untuk penjajah atau pemerintah Romawi. Oleh karena itu ia dianggap sebagai orang berdosa, pengkhianat bangsa, sebagai musuh dan bukan tidak mungkin dianggap memperkaya diri dengan pemerasan dan penipuan. Itulah sebabnya, ia ditolak dan dijauhi oleh orang-orang sebangsanya.
Sesudah dipanggil oleh Yesus, Ia mengundang Yesus makan di rumahnya. Maka datanglah banyak pemungut cukai yang makan bersama dengan Yesus dan murid-murid-Nya. Inilah yang mengundang kritik dari para Farisi: “Ia makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa.” Menanggapi kritik para Farisi Yesus berkata: “”Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit….. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa,” (Mat 9: 12 – 13).
“Panggilan Matius mengingatkan kita bahwa ketika Kristus menjadikan kita murid-Nya, Dia tidak melihat ke masa lalu kita tetapi ke masa depan,” kata Paus Fransiskus. Bapa Suci mengatakan bahwa dia menghayati devosi khusus kepada St. Matius ketika dia berusia 17 tahun. Tatapan Yesus sepenuhnya menyentuh hati si pemungut cukai, Matius yang berdosa. Tatapan Yesus mengubah hidup Matius, mengubah hidup Jorge Bergoglio, mengubah hidup kita.
Merenungkan panggilan Matius, Paus Fransiskus berkata, “Tatapan Yesus selalu membesarkan hati kita. Ia tidak pernah mengecewakan kita… Ia mengajak kita untuk bangkit… untuk maju. Tatapan itu membuatmu merasa bahwa Dia mencintaimu. Ini memberikan keberanian untuk mengikuti-Nya. Dan “Matius berdiri lalu mengikut Dia’.”
Suatu ketika, ketika berbicara tentang panggilannya, Paus Fransiskus merujuk pada lukisan terkenal “Panggilan Santo Matius” oleh Caravaggio, yang disimpan di Gereja Santo Louis dari Prancis di Roma. Dalam lukisan itu, jari Yesus menunjuk kepada Matius, seolah-olah hendak menciptakan kembali lukisan terkenal Penciptaan Adam oleh Michael Angelo, di langit-langit Kapel Sistina, Roma. Matitus memegang tas uangnya seolah berkata, “Tidak, bukan aku! Tidak, uang ini milikku.” Paus Fransiskus mengatakan bahwa dia melihat dirinya di dalam Matius – seorang pendosa yang kepadanya Tuhan mengarahkan pandangan-Nya. Dia percaya pada belas kasih Kristus yang tak terbatas dan menerima panggilan-Nya.
Penting untuk melestarikan ingatan akan asal-usul kita: keberdosaan kita, ketidaklayakan kita. Kita harus selalu sadar dari mana kita berasal. Karena, meskipun tidak layak, Tuhan menunjukkan belas kasihan-Nya untuk mengampuni dosa-dosa kita dan memilih kita untuk menjadi murid dan rasul-Nya.
Rahmat Tuhan mencari semua orang, mengampuni semua orang. Satu-satunya hal yang Dia minta dari Anda hari ini adalah mengatakan: ‘Ya Tuhan, tolong saya’.” Ketika Yesus memanggil Matius, dia meninggalkan segalanya untuk mengikuti Dia. Matius merayakan kesempatan yang sangat menggembirakan ini bersama teman-temannya untuk duduk bersama Yesus. Di meja itu, duduk “orang-orang yang paling buruk. Dan Yesus bersama mereka”, kata Paus.
Yesus mengundang kita untuk duduk bersama-Nya di meja Ekaristi, di mana Dia menyucikan kita dengan kuasa sabda-Nya dan dengan sakramen mempersatukan kita semakin dalam dengan diri-Nya. Mengutip nabi Hosea, ia memberi tahu kita bahwa apa yang diinginkan Tuhan adalah “belas kasih, bukan persembahan”, pertobatan hati yang sejati dan bukan hanya beberapa tindakan agama formal seperti menghafal beberapa doa, dan pergi ke gereja untuk memenuhi kewajiban.