“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak,” (Yoh 15: 5). Demikian sabda Yesus dalam Injil hari ini.
Tidaklah cukup bagi kita sekadar ada di dunia ini. Kita harus bertumbuh dan bertahan hidup. Kita harus tinggal di dalam Tuhan dan menghasilkan buah. Kita tidak hanya sekadar ranting-ranting yang hidup. Tidak cukup juga kita hanya berbunga. Tetapi harus menghasilkan buah. Maka, selagi kita masih hidup, patutlah kita bertanya: apakah saya menghidupi hidup yang berbuah? Apakah hidup saya membawa manfaat bagi orang lain?
Seorang profesor membawa mahasiswa-mahasiswanya pergi ke pemukiman kumuh dan miskin untuk mengadakan studi kasus pada 200 anak gelandangan. Para mahasiswa diminta untuk mengevaluasi peluang anak-anak tersebut untuk berhasil di masa depan. Dalam setiap kasus, para mahasiswa itu menulis: “Tidak ada peluang.”
25 tahun kemudian, seorang profesor yang lain menemukan berkas studi kasus tersebut dan tertarik untuk mengetahui apa terjadi dengan anak-anak tersebut. Maka ia mengirim mahasiswa-mahasiswanya untuk menindak lanjuti studi kasus tersebut. Hasilnya mengejutkan. 20 dari 200 anak tersebut telah meninggal atau pindah ke tempat lain. Dari 180 anak yang tersisa, 176 anak kini telah berhasil dalam hidup mereka, lebih dari yang diduga. Ada yang menjadi pengusaha, ahli-ahli hukum, dokter, insinyur, dsb. Heran dengan hasil yang di luar dugaan itu, sang profesor mencoba mencari tahu lebih jauh. Ia mewawancari masing-masing dari mereka. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah: “Bagaimana anda dapat berhasil?” Kepadanya diberikan jawaban: “Seorang guru telah mendidik kami untuk sukses.” Guru itu ternyata masih hidup, meski sudah lanjut usianya. Jadi profesor itu mencarinya dan bertanya kepadanya: “Apa kiat-kiat untuk membuat anak-anak gelandangan itu sukses?” Ia mendapat jawaban yang sederhana: “Saya mencintai mereka. Bukankah itu yang Yesus perintahkan kepada kita?”
Saya sadar, mengasihi, mencintai hingga menghasilkan buah itu tidak mudah. Saya mendampingi anak-anak yang karena kondisi tertentu harus mendapatkan perhatian lebih. Membiasakan mereka untuk hidup teratur, berpola hidup sehat, tertib minum obat (yang harus diminum seumur hidup), belajar dengan teratur, itu saja sulit. Membiasakan mereka untuk mandi bersih, mengatur pakaian, tidak melempar pakaian begitu saja saat mereka ganti baju, itu saja susah. Sudah beberapa kali mereka kabur dan kembali ketika kondisi kesehatan sudah jatuh…. Tetapi saya mencoba tetap tidak menyerah. Saya percaya bahwa cinta akan mengubah hidup mereka. Dan semoga kelak menghasilkan buah.
Tuhan mengharapkan murid-murid-Nya berbuah. Tidak cukup bagi kita hanya berbunga: rajin beribadah, berdoa, novena, dsb. Kita harus berbuah dengan menghasikan perbuatan yang baik dan hasil yang baik untuk Kerajaan Allah. Dengan itulah Bapa dimuliakan dan kita menjadi murid-murid-Nya yang sejati.
Bacaan hari ini: Kis. 9:26-31; Mzm. 22:26b-27,28,30,31-32; 1Yoh. 3:18-24; Yoh. 15:1-8.