Remah Harian

BERBAHAGIALAH

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Senin, 8 Juni 2020, Senin Pekan Biasa X

“Berbahagialah……” (Mat 5: 1 – 12)

Hari ini kita mendengarkan Sabda Bahagia yang merupakan inti dari “Kotbah di Bukit”. Seperti Musa naik ke gunung Sinai dan menerima sepulu perintah Allah, Yesus naik ke bukit dan memberikan delapan Sabda Bahagia.

Delapan Sabda Bahagia (beatitudes = terberkati) ini dapat membimbing kita ke dalam kehidupan yang lebih penuh kasih. Empat yang pertama menunjuk hubungan kita dengan Tuhan dan empat yang terakhir berhubungan dengan hubungan kita dengan orang lain.

Pertama, kita berbahagia bila kita “miskin di hadapan Allah”, karena kita bergantung pada Tuhan dan bukan keamanan material. Kita diperkaya oleh kesetiaan, rahmat dan cinta-Nya.

Kedua, kita berbahagia bila kita “berdukacita”, yaitu ketika kita menyadari bahwa kita akan kehilangan kemuliaan Allah apabila mengandalkan cara-cara dunia dan bukan jalan Tuhan. Dia menghibur kita dan mendukung kita dalam usaha kita untuk melepaskan diri dari dunia dan semakin menyerupai Dia.

Ketiga, kita “lemah lembut”, yaitu ketika kita tunduk kepada kehendak Tuhan dan dipenuhi dengan hasrat menegakkan kebenaran dan usaha menawarkan pembaharuan kepada orang-orang berdosa.

Keempat, “lapar dan haus akan kebenaran”, yaitu, ketika kita ingin hidup dengan moral yang baik yakni berusaha mengakhiri ketidakadilan yang kita saksikan. Saat keadilan berkembang, kebenaran Allah memerintah.

Bagian kedua dari Ucapan Bahagia adalah daftar buah-buah yang dihasilkan oleh pertumbuhan rohani yang kita dapatkan dari bagian yang pertama.

Kelima, adalah ketika kita miskin dalam roh dan menempatkan kepercayaan kita kepada belas kasih Allah maka kita mendapatkan kedewasaan rohani untuk berbelas-kasih kepada orang lain dan menghasilkan berkat untuk menerima lebih banyak lagi belas kasih Allah.

Keenam, adalah saat kita ingin “bersih” di dalam hati kita karena kita meratapi kerusakan yang telah dihasilkan akibat dosa kita yang menyakiti orang lain. Dan ini membawa kita ke kekudusan yang lebih besar, dan kita pun akan melihat Tuhan bekerja melalui kita untuk menolong sesama.

Ketujuh, kita menjadi “pembawa damai”, karena kita menyerahkan diri kita kepada kehendak Tuhan dan kita menangani konflik seperti yang Yesus lakukan. Perdamaian didasarkan pada cinta, keadilan dan kebenaran. Bila salah satu nilai kemanusiaan ini dilanggar, perdamaian tidak tercapai.

Kedelapan, adalah saat kita seperti Kristus karena kita hidup sebagaimana Dia hidup dan untuk alasan ini kita dianiaya. Ini adalah berkat yang luar biasa, dengan ini kita tahu bahwa kita benar-benar menjalani Sabda Bahagia.

Menghidupi Sabda Bahagia berarti “melawan arus” dunia. Apa yang dikatakan oleh dunia, bahwa kekayaan memberikan rasa aman, bahwa kuasa memberi kita kekuatan, bahwa kesenangan memuaskan kita, sungguh berlawanan dengan apa yang dikatakan Yesus.

Biarlah Sabda Bahagia ini mengusik kita….menantang kita, dan menuntut suatu perubahan nyata dalam cara hidup kita.

Kita semua telah terdampak oleh pandemi saat ini, dan kita telah belajar bahwa tidak ada yang membebaskan kita dari kerentanan. Yesus adalah dan akan selalu menjadi satu-satunya harapan kita. Hidup sesuai dengan keyakinan itu.

Burung tekukur sedang bernyanyi
di pohon kelapa indah bersuara.
Sungguh bersyukur pagi ini
masih bisa saling menyapa.

Bacaan Misa hari ini: 1Raj. 17:1-6Mzm. 121:1-2,3-4,5-6,7-8Mat. 5:1-12.

Author

Write A Comment